Surat Kabar 99

BERITA HARIAN | BERITA OLAHRAGA | CERITA SEKS | LIVE SCORE | ISTANA168 | SITUS TARUHAN BOLA DAN TOGEL ONLINE

Situs Judi Bola Online & Bandar Togel Online

Poker Online

SELAMAT DATANG DI SURAT KABAR 99

Kamis, 15 Februari 2018

Menikmati Tubuh Dari Majikanku Sendiri



Suratkabar99, Sebuah kisah seks, cerita dewasa ML atau bercinta dengan bos

atau atasan di ruang kerja sebuah kantor. Bos wanita yang bernama Ibu Maya yang

memiliki tubuh indah dan bersih. Berikut ini adalah kisah lengkapnya!
Kehidupan itu ada pasang surutnya, ketika saya sedang jaya, saya
mempunyai client yang lumayan banyak untuk ukuran AE pemula di sebuah
perusahaan Jasa.

Dan dengan ketekunan saya, perusahaan tempat saya bekerja
mengalami kemajuan Ditengah kesusahan datanglah tawaran dari Merry, junior saya
yang telah pindah ke perusahaan lain, dan mengenalkan saya dengan Ibu Maya,
pemilik perusahaan tersebut. Ibu Maya 40 t0hun kira kira usianya, masih
mempunyai tubuh yang terawat dengan baik, body-nya tidak kalah dengan
gadis-gadis yang masih muda yang menjadi anak buahnya.

Karena prestasi kerja saya yang baik, kami sering mengadakan
meeting after hours, dan progress kerja saya yang baik, membuat kami cukup
akrab..tapi pada suatu malam ada kejadian yang benar-benar mengubah hidup saya!
Begini anak-anak ceritanya..

Suatu malam, ketika karyawan lain telah pulang, Saya tengah
memaparkan pendekatan saya terhadap satu perusahaan rokok terkemuka, dan
kemudian tiba-tiba Ibu Maya berkata,

“Waduh, kog punggungku gatal ya?”

Saya masih berusaha menahan diri untuk tidak terlalu cepat
menolongnya, takut nanti dianggap kurang ajar! Gatalnya sepertinya semakin bertambah,

“Tolong dong Fikri, bisa garuki punggung Ibu?”

Saya mengangguk dan berusaha membuang pikiran kotor saya, yang
ingin sekali rasanya mengetahui lebih dalam bentuk tubuh boss yang cantik ini..
Saya garuk pelan-pelan, tapi lebih tepatnya hanya mengusap-usap
punggungnya saja, takut kalau Ibu Maya kesakitan.

“Fik, agak keras dikit, masih gatal nih”, pinta Ibu Susan.
Dan saya agak sedikit memantapkan tangan saya dipungungnya.

“Fikri, masih belum terasa, sebentar saya buka dulu blazer
saya.”

Dia langsung membuka blazernya, sehingga tinggal blouse-nya yang
putih dan transparan. Waduh semakin tidak tahan nih saya, karena kulit
tengkuknya yang mulus dengan sedikit rambut lembut yang tergerai di tengkuknya
(Dia kalau ke kantor selalu rambutnya disanggul di atas), semakin menambah
feminin, dan semakin membikin saya langsung terangsang.

Saya menggaruknya tetap tidak mau keras dan masih cenderung
mengusap atau membelai punggungnya, yang berada dibalik bajunya yang tipis.
Saya usap seluruh punggungnya dengan pelan, ke atas dan ke bawah, ke kiri dan
ke kanan, terkadang tangan saya, saya telusupkan di bawah ketiaknya, untuk
menggapai payudara yang di depan.

Dia menengadahkan kepalanya, dan menggeleng-gelengkan kepalanya
ke kiri dan ke kanan, sambil suaranya mendesah,

“Uuhh enak Fik…. enaakk..uuhh..”

Mendengar desahannya yang merangsang, rudalku langsung tegak bak
tugu Monas.
Sekujur tubuhku mulai menggigil dan seperti dialiri setrum
listrik yang halus merambat di sekujur tubuh dan terpusat di kemaluanku.
Tenggorokanku terasa kering, dan susah bicara, karena nafsuku yang langsung
menggebu.

Baru kali ini saya bisa menikmati tubuh seorang bos yang bersih,
terhormat dan sangat terjaga dari tangan laki-laki lain, selain suaminya.
Karena Dia duduk membelakangiku yang berdiri sambil
memijit-mijit punggungnya, batang kemaluanku langsung kutempelkan di
punggungnya yang lembut seperti sutera. Kugesek-gesekkan batang kemaluanku ke
punggungnya dengan pelan. Dan Dia berkali-kali melenguh,

“Uughh, enachh Fik.., enaak, terus Fik….”

Dia membimbing tanganku untuk mengusap dua gunung kembar yang
kencang dan kenyal. Kuusap payudaranya dengan lembut, kucium tengkuknya dengan
lembut, dan kugesekkan batang kemaluanku ke pungungnya dengan lembut.
Aku sangat tahu, kalau melayani tipe wanita seperti Dia ini
harus dengan lembut dan dengan menggunakan perasaan.

Kucium tengkuknya dengan lembut, Dia sekali lagi menengadahkan
kepalanya ke atas, matanya sambil terpejam, dan bibirnya yang tipis terbuka
sedikit, dan mulutnya hanya bergumam, “Emm.” Aku tahu itu artinya dia sangat
menikmati.

Tanganku, kuusapkan dengan lembut di sekeliling payudaranya, dan
kulingkari masing-masing payudaranya dengan kedua tanganku, sengaja aku tidak
sentuhkan tanganku ke pentilnya, untuk memberikan sensasi yang sangat halus dan
perlahan.

Beberapa kali tanganku mengitari sekeliling payudaranya,
kemudian perlahan-lahan tanganku kutarik untuk mengusap pipinya. Kutengadahkan
wajahnya, dan kucium keningnya dengat lembut sekali. Aku bisa rasakan
kelembutan nafasnya di wajahku, bibirnya yang tipis masih mengeluarkan gumaman
yang lembut,

“Fikri….. emm.. eemm..”
Dengan perlahan aku membalikkan badan Dia ke arahku, dengan cara
memutar kursinya, dan saya membimbing dia untuk berdiri dengan perlahan, kini
aku dan Dia sudah berhadapan, sama-sama berdiri, dadaku menempel ke dadanya,
dan aku bisa merasakan kekenyalan susunya, dan saya membayangkan betapa
indahnya bukit kembarnya.



Tanganku kudekapkan ke pinggangnya, dan telapak tanganku
kuusapkan ke pantatnya yang juga sangat indah dan kencang. Tangannya memegang
pundakku dengan lembut, kepalanya sudah menengadah ke atas, dan tatapan
matanya.. waduh, jernih dan indah menatap mataku tanpa berkedip. Kusentuh
bibirnya dengan lembut, kuusapkan perlahan bibirku ke bibirnya. Dia memberikan
reaksi dengan mengencangkan dekapannya ke pundakku dan dadanya ditempelkan
lekat ke dadaku, tanganku kudekapkan semakin erat ke pantatnya dan agak kutarik
ke atas pantatnya, sehingga kakinya agak diangkat ke atas. Waduh ciumannya
sangat lembut, perlahan-lahan kuusapkan lidahku ke lidahnya, dia memberikan
reaksi yang sama, menyapukan lidahnya ke seluruh mulutku. Tanganku mulai
mengusap-usap punggungnya naik turun dengan lembut. Aku menikmati sekali
kehalusan kulit punggungnya.

Setelah aku puas menciumi bibir, wajah dan pipinya, ciumanku
perlahan-lahan kuarahkan ke lehernya. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya ke
kiri dan ke kanan, matanya masih terpejam menikmati, nafasnya agak memburu, dan
mulutnya masih bergumam,

“Mmm.. uhh..”

Ciumanku mulai bergeser ke bawah, ke belahan dadanya. Kancing
blousenya yang di depan dengan mudah kubuka satu persatu, sehingga tersingkap
sudah BH merah yang menyangga dua buah payudaranya yang padat, bulat, kenyal,
bersih dan ranum. Kuciumi lehernya dengan sangat lembut, ke pundaknya, bergesar
turun ke sebelah atas payudara yang tidak ditutup BH. Dia semakin menengadahkan
kepalanya, punggungnya juga semakin melengkung ke belakang, kedua tangannya
memegang kepala saya dan sedikit meremas rambut saya, tandanya semakin
menikmati gaya permainanku.

Kedua tanganku memegangi dibawah kedua ketiaknya, biar Dia tidak
terjerembab ke belakang, tapi bibirku masih mengusap daerah leher dan di atas
payudara.

Aku sengaja memperlama untuk menyentuh payudaranya, apalagi
pentilnya.

“Fikri….. uugghh.. sstt”, sambil mulutnya berdesis kenikmatan.

Blousenya yang masih menempel di pundaknya perlahan-lahan
kulepaskan, sehingga pemandangan kemulusan dan kemolekan tubuh Dia terpampang
jelas di hadapanku, dan terkena sinar lampu down light kekuningan yang berada
di langit-langit tepat di atas kami berdua, menambah romantisnya suasana malam
itu yang tidak akan pernah kulupakan. Sekali lagi tanganku kugunakan meremas
sebelah pinggir dari payudaranya, dan tampak bahwa payudaranya sudah mulai
mengeras.

Tanganku mengusap punggungnya dengan perlahan sambil membuka
tali BH yang ada di punggungnya. “Click” sekali jentik langsung terbuka pengait
BH-nya. Dengan pelan kuturunkan tali BH yang ada di pundaknya, akhirnya BH-nya
kulepas.

Woow, terlihat pemandangan indah sekali, dua gunung kembar yang
kuning dan bersih dengan puncaknya yang kecil yang sudah berdiri tegak. Aku
sudah sangat terangsang tapi aku tidak boleh gegabah. Kuusap payudaranya dari
sebelah bawah dengan tangan kananku, tangan kiriku masih mendekap punggungnya
untuk menjaga agar Dia tidak terjatuh, dan kucium payudaranya, berkeliling
mengitari pentilnya, dan tangan kananku masih mengusap-usap sebelah luar
payudara, tapi dengan gaya agak memeras. Kedua tangan Dia memegang erat
pundakku tanda sudah semakin gemes, untuk dicium pentilnya.
Karena aku sudah merasa waktunya tepat, maka dengan lembut
kukulum pentilnya.
Dan reaksinya,

“Aaaughh, uuhh..ss.. uuhh”,

Dia melenguh-lenguh dan mendesis-desis keenakan, seakan-akan
yang dinantikannya telah tiba.

Meskipun kondisinya sangat terangsang, tapi lenguhan itu tetap
lembut dan terdengar lirih. Kukulum pentilnya, kugesek-gesek pentilnya dengan
lidahku, dan kugigit lembut pentilnya, tanganku tetap meremas-remas lembut
payudaranya.

Setelah aku puas mempermainkan pentilnya kiri dan kanan
bergantian, kulepaskan bibirku dari susunya, dan kugeserkan mulutku ke bawah ke
seputar perutnya yang datar dan mengeluarkan aroma parfum yang lembut dan
semerbak.



Ketika mulutku terlepas dari susunya, Dia kelihatan menghela
napas lega dan baru bisa bernafas dengan tenang. Aku menciumi perutnya dengan
agak sedikit jongkok. Kucium pusarnya, dan kujilati pusarnya dengan lidahku.
Dia menggelinjang kegelian. Karena terlalu lama berdiri atau karena sudah
sangat terangsang,

Dia sudah tidak kuat berdiri dan dia bergeser ke belakang
duduk di meja kerjanya. Aku berdiri dengan kedua lututku dan aku tetap jilati
pusarnya dan perutnya. Dia menggelinjang kegelian, dan mengusap-usap rambut
kepalaku dengan tidak beraturan, terkadang meremas, menjambak dan mengusap
rambutku. Puas dengan permainan perut, Dia kurebahkan di meja kerjanya.
Untungya meja kerja Dia cukup besar. Kupelorotkan rok bawahannya, sekaligus
dengan CD-nya. Sekarang tampak di hadapanku seorang putri yang kuning, bersih,
dengan kaki dan betis yang aduhai indah, terbujur pasrah di hadapanku.

Kunikmati tubuh Dia sebentar, karena selama ini aku hanya bisa
membayangkan keindahan tubuhnya, tanpa berharap untuk dapat memandangnya. Tapi
ternyata malam ini apa yang kudapatkan jauh dari yang kubayangkan. Seorang
wanita dengan tubuh montok dan kuning mulus, dengan kaki dan betis ramping. Dua
buah dada yang tidak terlalu besar, tapi bulat, padat dan kencang, sehingga
cocok dengan kesan payudara seorang perempuan. Bentuk lengan dan bahu yang
padat bulat dan berisi.

Dia telentang di atas meja di hadapanku, aku masih berdiri. Aku
mencium pipinya sekali lagi dengan lembut, kuusap payudaranya dengan lembut.
Kedua tangan Dia merangkul leherku dengan erat. Kedua kakinya bergerak-gerak
dengan halus pertanda sangat terangsang. Perlahan-lahan tanganku kugerakan dari
susunya turun ke perutnya. Kuusap sebentar perutnya dan bergerak turun ke bawah
mengusap pahanya. Paha yang selama ini hanya bisa kupandang. Aku usap pahanya
naik turun dengan tetap mulut kami masih saling memagut.

Erangan-erangan kecil keluar dari mulut Dia,
“Ugh.. ugh.. emm.. emm..”

Tanganku bergerak dari sekitar pahanya terus mengusap sekitar
bibir kemaluannya.
Dengan perlahan kedua kaki Dia mengembang, memberi kesempatan
tanganku untuk mengelus kemaluannya. Tetapi kemaluannya belum kuelus, hanya
kedua selangkangan saja yang aku belai dengan kedua jari telunjuk dan jari
manis bersama-sama. Kuelus selangkangannya naik turun, dan Dia menambah
kecepatan gerakan kakinya. Dengan pelan Dia mengangkat pantatnya, sehingga
kemaluannya juga ikut naik. Aku tahu ini pertanda agar aku dapat segera
mengelus kemaluannya. Kuusap pelan dan dengan jarak sentuhan yang kubuat
serenggang mungkin antara bibir kemaluannya dan telapak tanganku, membuat
gelinjang Dia menaikkan kemaluannya untuk menyentuh tanganku semakin tinggi.

Kubelai rambut kemaluannya yang lembut, tipis dan tertata rapi.
Setelah puas memainkan sekitar kemaluannya, dan liang kemaluan Dia sudah
semakin terbuka dan semakin basah. Kusentuh klitorisnya dengan sedikit ujung
dari jari tengahku dengan lembut dan.. “Uuhhgh”, lenguhan Susan kenikmatan.
Gerakan kakinya sudah semakin tidak teratur. Tiba-tiba tanganku
dijepit dengan kedua pahanya.

“Fikri.. aakkuu.. nggakk.. taahh..”

Kemudian tangannya menarik punggungku sebagai bertanda agar aku
segera menaiki tubuhnya. Kutarik kedua kakinya ke arah pinggir meja, sehingga
kedua kakinya terjuntai, kemudian Dia membuka kedua selangkangannya dengan
tidak sabar. Aku sempat memandangi kemaluannya, dan seakan liang kemaluannya
merah seperti bibir gadis yang memakai lipstik yang sedang merengek.
Kugesekkan batang kemaluanku pelan-pelan ke bibir kemaluannya,
dan Dia mengerang lagi

“Ooouugghh.. oouughhg..”

Kumasukkan dengan pelan batang kemaluanku ke liang kemaluannya.
Belum sampai habis masuk semua, kutarik kembali dan kumasukkan kembali. Dengan
gesekan-gesekan yang pelan tersebut membuat erangan Dia semakin tidak
beraturan.

Dia semakin hebat. Dengan gaya lembut ku ini,kami bisa saling
menikmati.

“Uuugghh.. acchh.. iFikr.. ucchh.. sstt.. uhh..”

Erangan erangan yang tidak beraturan tetapi artinya hanya satu
yaitu Enak.
Sambil kugenjot pelan batang kemaluanku, kedua tanganku dengan
leluasa meremas kedua susunya, yang bergerak-gerak naik turun tergantung
sodokanku.

Kadang-kadang tanganku mengusap wajah dan pipinya, kadang-kadang
mengusap perutnya.
Setelah cukup lama aku melakukan genjotan tiba tiba kedua paha
Ibu Susan diangkat dan dililitkan ke pinggangku. Kedua tangannya mendekap
diriku, mulutnya sedikit menganga dan mendesis..

“Diikk..Fikk…kkrrii.. saa..yaa saampaaii.. uuhhff.”

Kupegangi pinggangnya untuk menekan liang kemaluannya ke batang
kemaluanku. Setelah Dia selesai mengejang dan nafasnya tersengal-sengal, aku
mulai lagi dengan genjotan,

Dia melenguh, “Uuff.. uff.. uuff.. Fik kamu beluumm yaa. Ayo
donk.. uff.. uff jangan ditahaan.. uuff.. ugh..”
“Sebentar Bu!” kataku.

“Fik.. uhff, ceepetan dikit.. Fik.. ughf.. uhfgg.. aa.. ku mau
uhgf uff uff.. keeluar.. laa.. ggii..”

“Sebentar Bu, aku juga sudah.. mma.. uu.. saammpai..”

Tiba-tiba ada aliran listrik menjalar dari ubun-ubun turun ke
arah kemaluanku dan semakin-lama semakin mengencang. Batang kemaluanku seakan
balon yang ditiup dan mau pecah.

“Aachghh.. accghh.. Buu.. Maya.. aku mmau keluarr..”

Dia memegang erat tubuhku dan……..

“Crott…crottt..” keluar semua cairan yang ada di seluruh tubuhku
dan “Aaachh..”

Kami berdua terkulai lemas dengan badan penuh keringat dan nafas
terengah-engah.

“Fikri, makasih ya kamu telah memberi saluran yang selama ini
tersumbat.”

Aku sangat puas malam itu, karena aku tidak dapat membayangkan,
ternyata aku bisa menikmati tubuh seorang wanita terhormat, yang selama ini
orang luar sangat menghormatinya, tapi ternyata malam ini dia begitu pasrah
menyerahkan tubuhnya kepadaku.

Jam telah menujukkan pukul 23.00 ketika permainan kami usai, dan
kami berdua segera masuk ke toilet untuk membersihkan dan merapikan badan kami
masing-masing.

Dan sebelum pulang aku mendapat tugas baru dari Dia, yaitu
membantu membersihkan cairan yang membasahi meja kerja Dia, dan membantu
merapikannya. Sambil merapikan mejanya aku berbisik ke telinga Dia,

“Bu meja ini dirapikan ya.. karena besok malam mau dipakai
lagi”,
Dia hanya tersenyum dan mencubit mesra lenganku.
Hal tersebut kuulangi setiap ada kesempatan, baik di kantor
ataupun di hotel, tapi rahasia tersebut tidak terbongkar dan kami saling
menjaga rahasia.
Dan kalau pagi hari, Dia kembali memerankan perannya sebagai
atasan yang berwibawa, profesional, tetapi kalau malam, melenguh-lenguh dan
menggelinjang-gelinjang di bawah selangkanganku