Surat Kabar 99

BERITA HARIAN | BERITA OLAHRAGA | CERITA SEKS | LIVE SCORE | ISTANA168 | SITUS TARUHAN BOLA DAN TOGEL ONLINE

Situs Judi Bola Online & Bandar Togel Online

Poker Online

SELAMAT DATANG DI SURAT KABAR 99

Kamis, 15 November 2018

Siap Terbang Lagi, Apa Saja Persiapan Merpati?

Surat Kabar99, Jakarta - Setelah 4 tahun vakum, maskapai penerbangan milik negara Merpati Airlines bakal kembali mengudara.Kabar gembira datang untuk PT Merpati Nusantara Airlines. Kabar pertama mengenai dari Majelis Hakim Pengadilan Niaga yang memutuskan untuk menyetujui proposal perdamaian Merpati Airlines dengan para kreditur yang digelar di Pengadilan Negeri (PN), Surabaya, Jawa Timur. Dengan demikian, Merpati Airlines dinyatakan batal pailit.

"Informasi yang baru saya peroleh majelis hakim menyetujui rencana perdamaian. Intinya Merpati diputus tidak jadi pailit," kata Sekretaris Perusahaan PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) Edi Winarto kepada Liputan6.com, pada Rabu 14 November 2018.

Sedangkan kabar gembira kedua adalah telah hadirnya investor yang bakal memberikan suntikan dana segar kepada perusahaan yang berdiri pada 6 September 1962 ini.

Presiden Direktur Merpati Nusantara Airlines Asep Ekanugraha menjelaskan, Merpati mendapat suntikan dana dari Intra Asia Corpora. Perusahan ini merupakan investor dalam negeri yang terafiliasi dengan Asuransi Intra Asia dan PT Cipendawa yang sempat terdaftar di Bursa dengan kode emiten CPDX.

Intra Asia Corpora siap menyuntikkan dana hingga Rp 6,4 triliun. Asep melanjutkan, kucuran dana tersebut akan menetes bertahap sesuai kebutuhan operasional dalam jangka dua tahun.

Dengan ada dana tersebut, Merpati Airlines setidaknya bisa kembali memiliki pesawat dan mulai mengurus izin rute terbang dan investasi operasional lainnya.

Menurut Asep, alasan Merpati masih ingin terbang di Indonesia karena pasar di Indonesia masih sangat terbuka. Selain adanya destinasi wisata baru, pembangunan infrastruktur bandara, menunjukkan kebutuhan penerbangan meningkat.

Untuk itu, jika seluruh proses kucuran dana dan perizinan telah selesai, Asep mentargetkan merebut pasar di 10 destinasi wisata baru. Destinasi tersebut yakni Danau Toba (Sumut), Belitung (Babel), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Candi Borobudur (Jateng), Gunung Bromo (Jatim), Mandalika Lombok (NTB), Pulau Komodo (NTT), Taman Nasional Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan Morotai (Maluku Utara).

Asep menilai potensi pasar penerbangan Indonesia, tidak cukup dilayani Garuda yang main di kelas atas dan beberapa maskapai swasta. Kehadiran Merpati nantinya akan bisa mengisi slot rute penerbangan ini sehingga tidak hanya didominasi maskapai swasta.

"Potensi pasar yang kami incar sangat besar. Seperti pemerintah membangun bandara itu untuk siapa, jika BUMN sendiri juga tidak memanfaatkan fasilitas tersebut. Ini akan menjadi cekungan potensi investasi baru yang tentu menjadi harapan revenue bagi Merpati," pungkas Asep.

Ia melanjutkan, jika beroperasi nanti Merpati Airlines tak akan menggunakan pesawat buatan Boeing dan Airbus. "Pesawat yang kami gunakan adalah buatan Rusia dan bukan yang pernah kecelakaan di Gunung Salak," kata Asep.

Selain itu, Merpati juga tidak akan bermain di segmen maskapai penerbangan bertarif rendah (LCC) dan akan menyasar penerbangan ke wilayah Indonesia barat yang dinilai sangat potensial juga memungkinkan ke luar negeri.

"Kami sudah belajar dari kejatuhan perusahaan dan saatnya menatap ke depan yang lebih baik. Apalagi selain pemerintah dan investor swasta yang mendukung, sudah banyak perusahaan asuransi yang ikut mendorong beroperasinya MNA lagi," kata Asep.

Jejak Bisnis Intra Asia Corpora
Intra Asia Corprora merupakan perusahaan investasi yang dipimpin Kim Johanes Mulia. Dikutip dari Bloomberg, Intra Asia melalui anak perusahaannya menawarkan jasa keuangan, perjalanan, kurir dan kargo serta penerbangan.

Sosok Kim Johanes bisa terbilang low-profile, hanya saja namanya sempat tersandung kasus ekspor fiktif dan kasus penerbitan surat utang Bank Artha Prima pada akhir tahun 90-an silam.

Kiprah Kim di dunia penerbangan tidaklah dimulai dari menyelamatkan Merpati. Kim dulu menjabat sebagai Direktur Utama PT Kartika Airlines yang juga anak usaha PT IAC.

Kartika sempat berniat membeli 30 pesawat Sukhoi SuperJet 100 (SSJ 100) yang saat itu bernilai USD 840 juta pada Juli 2010. Pembelian sempat hampir batal setelah jatuhnya pesawat Sukhoi SSJ 100 di Gunung Salak pada pada 9 Mei 2012.

Ketika itu, pihak Kartika sempat menegaskan pembelian tidak jadi batal, dan kemudian pembelian betul-betul batal karena masalah finansial. Kartika Airlines juga sebetulnya sudah berhenti operasi sejak Juni 2010.

Penandatanganan perjanjian antara Merpati dan IAC dilaksanakan pada 29 Agustus 2018 lalu, serta disaksikan salah satunya oleh Direktur Utama PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) Andi Saddawero.

Menurut PPA, modal sebesar Rp 6,4 triliun itu akan disetor dalam tempo dua tahun setelah seluruh persyaratan terpenuhi. Setelahnya, Merpati disebut perlu mengajukan izin usaha baru bila ingin kembali mengudara.

"Surat Izin Usaha Angkutan Udara (SIUAU) Merpati sudah mati, jadi harus ajukan baru," kata Kristi