Surat Kabar 99

BERITA HARIAN | BERITA OLAHRAGA | CERITA SEKS | LIVE SCORE | ISTANA168 | SITUS TARUHAN BOLA DAN TOGEL ONLINE

Situs Judi Bola Online & Bandar Togel Online

Poker Online

SELAMAT DATANG DI SURAT KABAR 99

Jumat, 26 Oktober 2018

5 Pemain Sepak Bola yang Pernah Terjerat Kasus Pembunuhan

Surat Kabar 99 - Tak semua kehidupan seorang pemain sepak bola profesional berjalan dengan mulus dan baik. Kehidupan mereka akan sangat terpengaruh ketika dikaitkan dengan kejahatan apa pun.

Namun ketika kejahatan tersebut melibatkan kematian seorang manusia yang tidak bersalah, maka akibatnya akan sangat besar. Meski jarang, ada beberapa pemain yang pernah terlibat dalam kejadian ini.

Beberapa nama pemain top sepak bola pun ada yang ikut terseret dalam kasus kematian seseorang baik disengaja atau tidak oleh pelaku dan publik.

Disadur dari laman  berita olahraga SURAT KABAR 99 sebagai portal berita olahraga sudah merangkum lima pemain sepak bola profesional yang terlibat dalam kematian orang yang tidak bersalah

1. Patrick Kluivert (AFC Ajax, Barcelona, AC Milan)
Medio 1994/95 adalah musim debut Patrick Kluivert dengan tim pertamanya, Ajax, setelah masuk akademi yang sama. Pada akhir musim, ia membantu Ajax memenangkan Liga Champions dan Eredivisie dengan mencetak 21 gol dalam 36 pertandingan.

Setelah musim debut yang brilian, ia menjadi kesayangan negaranya, tetapi pada September 1995, Kluivert menabrak mobil BMW M3 temannya ke mobil lain di Amsterdam dan membunuh supirnya, Martin Putnam, serta seorang sutradara Belanda berusia 56 tahun dan seorang wanita mengalami luka serius.

Kluivert kemudian mengaku mengedarai dengan kecepatan tinggi dan sempat terancam dihukum mati karena telah mengemudi dengan cara berbahaya. Namun, ia hanya dijatuhi hukuman untuk melakukan 240 jam pelayanan masyarakat dan dilarang berada di jalanan selama 18 bulan.

Meskipun pelatih asal Belanda itu melanjutkan kariernya yang sukses, dia mengakui bahwa kecelakaan itu akan menghantui dia selama sisa hidupnya.

“Kecelakaan itu akan menghantui saya selama sisa hidup saya, itu adalah hal yang mengerikan, yang mengubah seluruh hidup saya terbalik. Saya berada di pengadilan sesaat sebelum Ajax kalah di final Piala Eropa dari Juventus dan saya telah dijatuhi hukuman,” tutur Kluivert.

“Satu menit saya adalah idola publik, pahlawan sepak bola Belanda dan menit berikutnya mereka membantai saya karena apa yang telah saya lakukan,” kenangnya kemudian.

2. Bruno Fernandes De Souza (Atletico Mineiro, Flamengo, Boa Esporte)
Pada 2010, Bruno Fernandes de Souza, mantan kapten dan penjaga gawang Flamengo dituduh melakukan penyerangan, penyiksaan, dan pembunuhan terhadap Eliza Samudio, yang merupakan pacar di luar nikahnya, dan ibu dari anak bungsunya.

Sepupu Bruno yang saat itu berusia 17 tahun Fernandes de Souza mengaku kepada polisi bahwa ia telah ikut andil dalam penculikan itu bersama dengan teman Bruno, Luiz Henrique Ferreira Romao. Fernandes juga menegaskan bahwa Samudio telah mati dan bayinya adalah milik Bruno.

Pada 2013, Bruno dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman penjara 22 tahun. Namun, pada Februari 2017, ia dibebaskan untuk menunggu banding tetapi pengadilan memerintahkan penangkapannya kembali dua bulan kemudian.

Sangat disayangkan, Boa Esporte, klub sepak bola divisi dua Brasil, menawarkan kontrak kepada Bruno ketika ia dibebaskan pada Februari tetapi sebagai hasilnya, klub kehilangan tiga sponsor.

Setelah semua yang terjadi, Bruno tampaknya tidak menyesal atas tindakannya. Dalam wawancara dengan laman berita olahraga The Guardian, dia berkata “Apa yang terjadi, terjadi. Saya membuat kesalahan, yang serius, tetapi saya bukan orang jahat,”

“Orang mencoba untuk mengubur mimpi saya karena satu kesalahan, tetapi saya meminta Tuhan untuk pengampunan, jadi saya melanjutkan karier saya sebagai pemain sepak bola, kawan,” ucapnya.

3. Gavin Grant (Millwall FC, Wycombe Wanderers)
Gavin Grant adalah pemain kub sepak bola asal Inggris, Millwall, Wycombe Wanderers, dan Bradford City. Selama musim 2006/07, ketika ia dipinjamkan ke Grays Athletic, Grant sedang diselidiki atas keterlibatannya dalam pembunuhan Jahmall Moore pada 2005 dan kemudian divonis bersalah.

Namun, dia kemudian dibebaskan dari tuduhan itu. Pada 2010, Grant dan temannya Gareth Downie kembali dinyatakan bersalah karena membunuh Leon Labastide yang berusia 21 tahun pada Mei 2004.

Insiden itu adalah bagian dari penembakan 'tit-for-tat' dan pengadilan memberi Grant hukuman seumur hidup atau minimal 25 tahun penjara. Pada bulan Oktober 2014, dia diberi hak untuk mengajukan banding ke pengadilan tetapi pada November 2015, banding ditolak.

4. Marcos Alonso (Bolton Wanderers, Fiorentina, Chelsea)
Pemain Chelsea, Marcos Alonso, adalah satu-satunya pemain sepak bola dalam daftar ini yang saat ini bermain secara profesional. Pada 2011, Alonso ditangkap karena keterlibatannya dalam kecelakaan mobil di Madrid yang menewaskan salah seorang penumpang, yakni seorang wanita berusia 19 tahun.

Alonso, yang bermain untuk Bolton Wanderers pada saat kejadian tersebut, mengemudi di kecepatan 112,8 km per jam dalam kondisi jalan basah dengan kecepatan maksimum 50 km per jam.

Kala itu juga pemain asal Spanyol tersebut sedang di bawah pengaruh dan tingkat alkohol darahnya cukup tinggi yaitu 0,93 mg per mililiter.

Alonso awalnya dijatuhi hukuman 21 bulan penjara pada Februari 2016 tetapi kemudian diubah menjadi denda senilai 61 ribu euro (Rp1,02 miliar) dan larangan mengemudi selama tiga tahun serta layanan publik selama empat bulan.

5. Alexandre Villaplane (Tim nasional Prancis, OGC Nice)
Alexander Villaplane adalah seorang gelandang yang menjadi kapten Timnas Prancis di Piala Dunia 1930, tetapi ia terkenal karena kejahatannya dibandingkan dengan kiprah sepak bolanya.

Kejahatan awalnya melibatkan pacuan kuda, pemerasan pedagang emas dan pencurian benda-benda berharga. Namun, pada 1994, kehidupannya sebagai penjahat berubah menjadi yang terburuk ketika ia menjadi kepala Brigade Afrika Utara yang merupakan organisasi kriminal yang bekerja sama dengan Nazi dalam kegiatan anti-perlawanan.

Pada 11 Juni 1944, ia membunuh 52 orang di Mussidan dan ditangkap pada tahun yang sama. Pada 1 Desember 1944, ia dijatuhi hukuman mati karena keterlibatannya dalam genosida dan dieksekusi oleh regu tembak di Fort de Montrouge pada 26 Desember 1944.