Surat Kabar 99

BERITA HARIAN | BERITA OLAHRAGA | CERITA SEKS | LIVE SCORE | ISTANA168 | SITUS TARUHAN BOLA DAN TOGEL ONLINE

Situs Judi Bola Online & Bandar Togel Online

Poker Online

SELAMAT DATANG DI SURAT KABAR 99

Kamis, 28 Desember 2017

Aku Ngewe dengan Lima Laki-Laki di Tempat Karaoke


SuratKabar99 -  Aku seorang wanita berumur 30 tahun, ibu dari dua orang anak. Tentunya statusku nikah dengan seorang suami. Kami telah terikat perkimpoian selama tujuh tahun. Aku nikah setelah berhasil meraih gelar kesarjanaanku di kota Bandung.

Suamiku normal-normal saja, demikian juga dengan hubungan seks ku. Aku melakukannya sekitar 2 atau 3 kali seminggu dengan suamiku. Namun semuanya berubah ketika aku mengalami suatu hal yang tidak kuduga sebelumnya pada tiga bulan yang lalu. Ternyata kemampuan seksku lebih dari yang kuduga sebelumnya.

Aku biasa dipanggil Ratih. Tinggi badanku sekitar 156 cm dengan berat 49 kg. Ukuran BH-ku 34C, pinggulku yang agak besar berukuran 100 cm semakin menonjol dengan pinggangku yang hanya 58 cm itu. Walaupun dari rahimku telah terlahir dua orang anakku, bodyku sih oke-oke saja. Hampir tidak ada perubahan yang mencolok.

Kembali pada kejadian yang gila. Mula-mula aku bertemu temanku, Merry saat aku sedang berbelanja di sebuah mall. Ia adalah sobatku sewaktu di SMA dulu. Saat itu ia bersama dua orang teman laki-lakinya, yang langsung dikenalkannya kepadaku. Mereka bernama Yanto dan Andi.

Mereka ternyata adalah teman-teman yang enak diajak bicara. Akhirnya kami pun menjadi akrab. Siang itu kami melanjutkan obrolan sambil makan di sebuah restoran. Setelah pertemuan itu, ternyata Yanto sering menelepon ke rumahku walaupun ia sudah tahu bahwa aku ini seorang istri dengan dua orang anak.

Dalam pembicaraan telepon, ia memang sering mengeluarkan rayuan gombalnya kepadaku tapi tetap ia menjadi teman bicara yang enak. Ia berusaha mengajakku makan siang dengan gigihnya. Hal itu yang membuatku menyerah juga. Akhirnya aku menyetujuinya juga. Syaratnya, makan siangnya harus ramai-ramai.

Aku, Merry, Yanto, dan Andi bertemu di tempat yang sudah kami sepakati bersama. Bersama kedua teman cowok kami, ikut serta pula tiga orang teman mereka yang lain: Eko, Benny, dan Adi. Mereka semua rata-rata berusia delapan tahun lebih tua daripada aku dan Merry. Kami makan siang bersama di sebuah restoran yang ada fasilitas karaokenya. Kami makan dengan ramainya sambil berkaraoke. Memang aku pun senang berkaraoke.

“Ayo, Rat… nyanyi lagi…,” mereka menyemangatiku kala aku melantunkan lagu. Ternyata kelima cowok keren itu merupakan teman yang enak untuk gaul. Wawasan mereka luas dan menyenangkan. Akhirnya kami cepat menjadi akrab. Ternyata, baru kusadari nanti bahwa inilah kekeliruanku….

Seminggu kemudian aku diundang lagi, kali ini oleh Andi, untuk makan siang dan berkaraoke lagi. Tanpa pikir panjang dan tanya-tanya lagi, aku pun langsung menyetujuinya. Aku bolos masuk kantor setelah makan siang, lalu pergi ke tempat karaoke mesum bersama mereka.

Nah, di saat itulah terjadi sesuatu yang tidak kuduga. Ternyata aku dibawa ke tempat karaoke mesum yang khusus untuk berkaraoke saja. Bukannya sebuah restoran. Tempatnya berupa sebuah kamar tertutup dengan kursi panjang. Kali ini Merry pun tidak ikut. Jadi hanya aku dengan kelima cowok itu.

Karena sudah telanjur masuk ke sana, akhirnya kucoba menenangkan diri. Walaupun aku agak deg-degan juga pada awalnya. Kenyataannya, akhirnya suasana menjadi seru ketika secara bergantian kami berkaraoke. Aku pun dipesankan minuman whisky-cola yang membuat badanku jadi hangat.

Akhirnya mereka meminta berdansa denganku saat salah satu di antara mereka bernyanyi. Saat melantai itulah, lama-kelamaan mereka berani merapatkan dadanya ke tubuhku dan menekan serta menggesek-gesek payudaraku. Anehnya, aku malah diam dan mencoba menikmati apa yang mereka perbuat kepadaku, yang lama-lama membuatku terbakar dan menikmati permainan ini. Mereka bergantian berdansa denganku.

“Ratih, badanmu hot sekali,” ujar Yanto berbisik di telingaku sambil bibirnya mencium belakang telingaku, membuatku merinding nikmat… Tangannya lalu tanpa malu-malu lagi meremas payudaraku. Aku pun terangsang hebat….

“Aahhh… jangaaannnn…,” kataku ketika Yanto dengan beraninya membuka kancing blusku dan menyusupkan tangannya ke dalamnya… Tangannya meremas dan memilin puting payudaraku dengan semakin hotnya…

Aku sebenarnya masih menyimpan sedikit rasa malu karena semua aksi kami ditonton oleh yang lainnya dengan tatapan penuh nafsu…. Anehnya, seperti dibius, tubuhku tidak berontak. Tanganku sama sekali tidak berusaha melepaskan tangan Yanto yang terus menggerayangi payudaraku yang kini terbuka lebar…

“Mmmhhh…,” rintihku penuh kenikmatan. Hanya itu yang ternyata sanggup keluar dari bibirku…

Yanto akhirnya mengulum bibirku dan menindih rapat-rapat tubuhku di atas sofa.

Aku benar-benar lupa diri ketika jari-jemari Yanto bergerilya di dalam celana dalamku. Ia terus menggelitik bibir lubang vaginaku yang sudah basah dan rasanya menebal itu. Spontan yang lainnya pun ikut-ikutan. Dengan liar akhirnya kelima cowok itu mengerubuti tubuhku.

Akhirnya, tahu-tahu tubuhku sudah bugil tanpa sehelai benang pun dan digeluti bersama oleh mereka. Yantolah yang lebih dahulu menusukkan senjatanya ke dalam lubang kemaluanku. Lalu Adi memasukkan senjatanya ke dalam mulutku.

Andi mengisap puting kiri payudaraku sambil membimbing tangan kiriku untuk mengelus-elus senjatanya. Sementara itu Eko mengisap puting yang sebelahnya sambil melakukan hal yang sama pula terhadap tangan kananku. Terakhir, Benny menggosok-gosokkan senjatanya ke wajahku.

“Aacchhh….,” aku mendapat orgasme pertama ketika Yanto sedang asyik-asyiknya menggenjot tubuhnya di atas tubuhku. Spontan, kedua tanganku meremas penis Andi dan Eko yang ada dalam genggamanku dengan keras….

Aku sendiri tak bisa mengeluarkan lenguhan kenikmatanku secara lepas karena penis Adi yang hangat itu dengan serunya terus bermain di mulutku. Adi yang tahu aku baru saja orgasme hanya menyeringai kepadaku. Tampaknya ia pun semakin semangat memompa mulutku….

“Ratiih…,” desah Yanto menggeliat ketika memuntahkan maninya di dalam lubangku. Hangat dan terasa kental memenuhi lubang kemaluanku. Dipegangnya pantatku erat-erat supaya semua spermanya masuk ke dalam tubuhku…. Adi tambah semangat mengocok senjatanya di dalam mulutku.

Setelah Yanto selesai, posisinya langsung diganti Benny yang sejak tadi hanya mengosok-gosokkan senjatanya yang panjang dan besar di wajahku. Langsung ditancapkannya ke dalam lubangku yang hangat, sudah penuh dan licin dengan cairan milik Yanto. Benny begitu semangatnya menyetubuhiku.

“Mmmmphh, aghhh….,” tubuhku bergetar menggeliat.

Bayangkan… payudaraku dihisap putingnya oleh Eko dan Andi seperti dua bayi besar. Sementara lubang kemaluanku mulai dihunjam oleh senjata Benny dengan ganasnya. Di mulutku, Adi akhirnya menyemprotkan cairannya dengan deras dan langsung kuhisap kuat-kuat.

“Aaaacchhh….,” air mani Adi yang terasa hangat asin seperti kuah oyster masuk ke dalam tenggorokanku.

Bersamaan dengan itu, Benny juga menyemprotkan maninya di lubang vaginaku. Multiorgasme…. Aku sudah mendapakannya tiga atau empat kali dan masih ada Eko dan Andi yang belum kebagian menyemprotkan cairannya. Tubuh Adi dan Benny berkelojotan dan akhirnya terhempas. Andi menggantikan posisi Adi. Penisnya yang bengkok ke atas terasa penuh di mulutku.

Eko menepis Benny dari atas tubuhku. Untuk yang ketiga kalinya, lubang vaginaku dimasuki oleh orang yang berbeda…. Ternyata senjata milik Eko lah yang paling panjang dan besar. Aku khawatir kalau penis Eko agak susah untuk masuk ke dalam vaginaku.

Syukurlah, ternyata tak sesulit yang kubayangkan karena lubang vaginaku telah penuh dengan cairan dari dua orang yang terdahulu. Benar saja, terasa sangat mantap dan nikmat ketika senjata Eko menggesek lubangku yang sudah terasa panas dan semakin tebal rasanya. Napasku sampai terengah-engah dibuatnya…

“Rat…. iseeepp yang kuaaattt….,” ternyata Andi tidak kuat dengan isapan mulutku. Ia akan segera mencapai klimaks. Aku pun segera mematuhi perintahnya dengan mengisapnya lebih kuat lagi….

Penis Andi pun memuncratkan cairan maninya di dalam mulutku. Terasa air mani Andi lebih strong aromanya, lebih hangat, lebih kental, dan lebih banyak memenuhi mulut dan tenggorokanku. Aku sampai agak gelagapan karena mulutku jadi penuh dan hampir tersedak….

Namun aku berusaha untuk tenang… Pelan-pelan kutelan sperma Andi yang membludak. Sementara bibirku tetap mencengkram penis Andi supaya tak lepas…. Setelah penis Andi kering benar dan mulai mengkerut, barulah aku melepaskannya…. Ia pun lalu tergeletak di atas kepalaku.

Sekarang tinggal aku dan Eko…. Eko pun lalu mengubah posisinya menjadi ‘missionary position’. Sambil penisnya terus mengocok kemaluanku, tubuhnya pun menindih tubuhku. Wajah kami pun berhadap-hadapan dekat sekali… Sambil terus beraktivitas, Eko tersenyum padaku.

“Rat, kamu hebat sekali…,” katanya.

Aku pun tersenyum malu.

“Oh, Eko…,” bisikku. Lalu seperti sepasang kekasih, kami pun saling berciuman bibir.

Tak lama kemudian, Eko juga menggeliat menyemburkan cairannnya ke dalam lubang kemaluanku. Tubuhku terasa lemas tetapi bergetar kuat mengiringi muncratnya cairan Eko. Eko semakin mendorong pangkal pahanya ke pangkal pahaku supaya cairannya masuk semua ke tubuhku…

Rasanya aku sudah orgasme enam kali ketika akhirnya Eko menggelepar dan terbaring tepat di samping tubuhku. Kami pun lalu berbaring telentang sambil berpelukan dan menikmati hasil persetubuhan kami…. Selesailah pertempuran besar antara aku dan kelima cowok siang itu di ruang karaoke mesum.

Walaupun ber-AC, namun udara saat itu tetap terasa panas. Badan kami bercucuran keringat. Apalagi aku, karena selain basah oleh keringatku sendiri, juga bercampur dengan keringat kelima cowok yang barusan menyetubuhiku….

Belum lagi dengan tumpahan air mani mereka yang berceceran di seluruh bagian tubuhku…. Setelah itu, semuanya terdiam. Tak ada satu pun di antara kami yang saling bercakap. Beberapa cowok tertidur karena kelelahan. Akhirnya, beberapa puluh menit kemudian, kami pun berbenah-benah.

Celakanya, di kamar itu tidak ada kamar mandi. Akhirnya, aku hanya mengelap cairan kelima lelaki yang memenuhi lubang vaginaku dan menetes ke pahaku dengan bra dan celana dalamku saja. Lalu aku memakai bra dan celana dalamku yang agak basah dan lengket itu.

Disusul dengan blouse, rok serta blazer yang tadinya bertebaran di lantai. Yang membuatku senang, Eko ikut membantuku berpakaian. Paling tidak, aku merasa dihargai dan tidak sekedar menjadi pemuas nafsu mereka…. Mereka pun segera memakai kembali baju dan celananya.

Jam lima sore, kami keluar dari karaoke mesum itu. Berarti empat jam sudah kami berada di dalamnya karena kami masuk pada pukul satu siang. Sedangkan aku sendiri digilir oleh mereka lebih kurang selama satu setengah jam non-stop. Waah, aku kagum juga dengan daya tahanku…. walaupun rasanya kakiku pegal-pegal dan ngilu. Begitu juga selangkanganku dan mulutku….

Waktu melewati kasir rasanya aku malu juga. Walaupun mereka tidak tahu apa yang terjadi di dalam tapi wajahku tetap merasa memerah. Make up ku telah berantakan dan rasanya minyak wangiku telah berubah menjadi bau aroma air mani….

Mungkin kasir wanita tempat karaoke mesum itu bisa mengendus baunya… atau malah mungkin ia sedang membayangkan kejadian yang baru saja kualami. Sementara itu, di paha dan kakiku terasa mani mereka merembes mengalir keluar dari lubang vaginaku. Untung sesampainya di rumah, suamiku belum pulang… Cepat-cepat aku ke kamar mandi membersihkan tubuh dan pakaianku.

Ternyata, malamnya suamiku menagih jatahnya juga… Untung aku sudah membersihkan badanku dan menyemprotkan minyak wangi untuk menghilangkan aroma sperma kelima cowok itu waktu di karaoke mesum… Walaupun komentar suamiku membuatku deg-degan, mudah-mudahan ia tidak curiga….

“Rat, punyamu kok rasanya lain banget… tebel…,” bisik suamiku di telingaku…

“Terima kasih, ya… Enak…,” lanjut suamiku setelah ia menyemprotkan cairannya beberapa menit kemudian. Lalu ia tertidur pulas di sampingku.

Ia tidak tahu sudah jadi orang keenam hari itu yang memuncratkan cairannya untukku.

Baru aku sadari bahwa untuk kali pertama aku merasakan puting gadis nakal yang menegang bila sedang terangsang dengan erangannya yang membuat penisku yang dari tadi ikut mengeras tambah menekan di dalam celanaku yang sebenarnya sudah siap untuk berangkat kerja, namun untuk sementara tertunda.

“Eehh.. Mas.. gelii.. tapi nikmat, aahh.. eehmm aduuhh nikmat mass..” Posisi dia saat itu sambil duduk membelakangiku, dan tiba-tiba dia menyandar ke dadaku sambil menengadahkan mukanya dan mulutnya mengendus-endus leherku.

Tanpa buang waktu, mulutku pun kuenduskan ke lehernya dan selanjutnya mulut kami saling berpautan, saling mengulum dan saling menjulurkan lidah dengan penuh nafsu, sementara tanganku terus menyusuri buah-buah yang subur itu untuk meningkatkan kegairahannya, sedang tangan gadis nakal itu mulai hilang kesadarannya oleh kenikmatan itu dengan ditandai kegairahannya untuk melepas kaitan rok bawahannya dan dilanjutkan ke kancing-kancing blousenya.

Kembali kesadaranku tertegun untuk pertama kali aku menikmati keutuhan tubuh seorang gadis nakal yang hanya mengenakan CD-nya. Namun untuk saat itu juga aku terperanjat, “Eiitt, Nina ini sudah jam delapan, aku harus berangkat kerja wahh, aku terlambat”, kataku.

Kami saling tertegun pandang dan saling senyum tertahan dan kemudian kami berpeluk cium, sambil aku berkata, “Entar aku berangkat dan aku segera kembali, hanya untuk minta ijin kalau aku ada keperluan yahh, gimana?”. “He.. eh, Mas entar kita terusin lagi ya Mas, tapi janji lho, ehh tapi Mas?”. “Kenapa Nan..” tanyaku. “Mas kemot dulu dong buah dadaku, ntar baru boleh berangkat”.

Achh lagi-lagi kenikmatan yang tak bisa ditunda pikirku, dengan “terpaksa” aku kemot putingnya dan dengan penuh gairah aku kemot buah dadanya sampai hampir merata bekas kemotan di kedua buah dadanya, sampai-sampai si Nani tak percaya keganasanku.

Kami saling melepas pelukan yang seolah adalah kerinduan yang selama ini lama terpendam. Kebetulan kantorku hanya beberapa ratus meter dari rumah kost yang aku tempati.

Selesai aku menyampaikan alasan yang dapat diterima atasanku, segera aku bergegas pulang lagi. Ketika aku sampai dirumah, yang memang setiap harinya sepi pada jam-jam kerja, maka menambah kegairahanku waktu aku membuka pintu depan yang tidak terkunci, dan langsung kukunci saat aku masuk.

Tetapi pintu-pintu kamar tertutup. Maka yang pertama aku tuju adalah kamarku. Aku buka kamarku untuk ganti baju kerjaku dengan maksud akan ganti baju kaos dengan celana pendek saja.

Aku buka baju dan celanaku satu persatu, dan saat aku hanya kenakan celana dalamku, tiba-tiba dari belakang, Nina si gadis nakal itu sudah di belakang mendekapku dan ohh, menakjubkan.., rupanya sedari tadi dia aku tinggalkan, dia tidak lagi kenakan bajunya sambil terus menunggu di kamarku.

Maka kembali kenikmatan pagi itu aku teruskan lagi, dengan saling meraba dan dengan ciuman yang penuh nafsu dan kami masing hanya mengenakan celana dalam saja, sehingga kulit kami bisa saling bergesekan merasakan dekapan secara penuh, sementara kami berpelukan dan mulut berciuman,

penisku merasakan keempukan tonjolan daging di selangkangan Nani yang seolah terbelah dua memberikan sarang ke batang penisku. Sedangkan dadaku merasakan tonjolan buah dadanya yang lembut dan torehan puting susunya di dadaku.

Tanganku bergerak dari punggungnya beralih ke pantatnya yang bulat untuk aku remas-remas, sedang tangannya tetap memegang leher dan kepalaku dengan mulut, bibir dan lidah saling mengulum. Lama kami pada posisi berdiri “Eeehh.. mmaas eehh eegh enaak sayang ngg.., teruss, teruss.. gelii.. egghh eenaak” erangnya yang setiap saat keluar dari mulutnya.

Kegairahan pagi itu kami lanjutkan di lantai kamarku untuk saling berguling dan tetap saling peluk menaikkan gairah petting kami yang pertama kali di lantai kamarku. Maklum kamar indekost dengan tempat tidurku yang seadanya dan pas-pasan yang pasti kurang pas untuk kegairahan petting yang memuncak di pagi itu.

Dengan leluasa tangan kami saling bergerak ke buah dada, penis, puting dan satu hal selama ini yang jadi obsesiku adalah keinginan yang terpendam untuk mengemot puting bila melihat buah dada wanita yang sedemikian montok dan menggairahkan,

maka aku tumpahkan obsesiku pada kenikmatan pagi itu untuk pertama kalinya. “Mass sayang terruss kemot pentilku.. mmaass gelii, geelii,.. eehm Mas nikmat.. terus jilatin pentilku teruss aku peengin di jilatin terus pentilku..”.

Dengan penuh gairah pertama aku puaskan menjilati putingnya yang aku rasakan semakin menegang dan demikian juga dengan penisku, sambil aku gesek-gesekkan ke tonjolan daging di selangkangannya.

Aku kembali agak kaget ketika batang penisku merasa basah saat aku gesekkan di tonjolan daging selangkangan Nina yang masih memakai CD, yang bahkan penisku sendiri belum mengeluarkan cairan sperma.

Maka sambil mulutku mengemot dan menjilati puting susunya, tanganku mencoba meraba selangkangan Nina diantara belahan daging, namun tiba-tiba dia memekik “A’aa ehh jangan dulu Mas nggak tahan gelinya”. Maka sementara aku lepaskan kembali dan tangan ku kembali meremas buah dadanya sambil memilin-milin putingnya

“Mass.. he’eh begitu kemotin pentilku teruss.., susuku diremass-re’eemas.. e’eenak eeh.. ehghhm.. yangg geli..”. Penisku terus aku gesek-gesekkan dicelah selangkangan Nina, “eeh, eehh.. eehh.. eehh.. eeheh.. eh”. Demikian lenguhannya setiap aku gesek selangkangannya.

“Mas.. tarik CD-ku dan lepaskan celanamu..”, sampai pada ucapan Nina tersebut maka sementara kami lepas pergumulan itu sambil aku dengan ragu dan deg-degan menarik pelan-pelan CD-nya yang masih dalam keadaan telentang sementara aku duduk dan dia mulai angkat kakinya ke atas saat CD-nya mulai bergeser meninggalkan pantatnya,

sambil terus kutarik perlahan-lahan dengan saling berpandangan mata serta senyum-senyumnya yang nakal, maka aku dihadapkan dengan sembulan apa yang disebut clitoris yang ditumbuhi rambut-rambut halus sedikit keriting dan bllaass, lepas sudah CD-nya tinggalah celah rapat-rapat menganga semu pink dan semu basah dengan sedikit leleran lendir dari lubang kenikmatan itu. “Nin.. kenapa sih” tanyaku nakal,

“Apanya.. Mas” sahutnya sambil senyum, “Kalau dikemot-kemot payudaranya sama pentilnya tadi”. “Aduh rasanya geli banget, rasanya kaya mau mati saja tapi nikmat iih geli”. “Enggak sakit dikemot dipentilnya tadi” tanyaku,

“Enak.. Mas, rasanya pingin terus, kalau sudah yang kiri, terus pingin yang kanan, rasanya pingin dikemot bareng-bareng sama mulut Mas. Terus di liang kewanitaanku jadi ikut-ikutan geli nyut-nyutan sampai aku eeghh.. hemm gimana yach bergidik. hhmm” akunya.

“Terus pingin lagi nggak dikemot-kemot?” tanyaku penasaran. “Iiih.. Mas nakal, ya.. Pingin lagi dong”, sambil tangannya merayap ke selangkanganku yang masih pakai CD, memencet penisku yang menonjol dan juga meremas.

“Kalau adik Mas rasanya gimana tuh kalau kupegang-pegang gini?, geli nggak?” keingin-tahuannya besar juga. “Sama nikmat rasanya, pengin terus dielus-elus sama Nina terus, geli eh-eh.. eh” dengan penasaran dia mengesek-gesek pas lubang penisku, jadi geli rasanya.

“Kalau ininya dipegang-pegang gini gimana Mas?” sambil dia pegang dan raba-raba buah pelirku.” Yah nikmat juga” tegasku sambil aku elus-elus pahanya yang tidak begitu putih tapi mulus. “Eh.., Mas tadi kutipu, pura-pura sakit, habis Mas kelihatannya cuek saja”, sambil dia senyum nakal menggoda.

Brengsek juga nih anak batinku, nekat juga ngerjain aku. “Mas.. selama seminggu ini kita hanya berdua saja dirumah, terus gimana enaknya Mas?” tanyanya sambil iseng meremas-remas penisku yang tetap tegak sedang aku memilin-milin puting susunya yang juga tetap tegang,

“Kita kelonan terus saja seminggu ini siang ataupun malam”. Kebetulan kerjaku selama ini hanya sampai jam 14.00 sudah pulang. Dia menggoda “Terus nanti kalau kelonan terus Mas nanti nggak ada yang nyediain makan gimana dong”. “Yah nggak usah makan asal kelonan terus sama Nina entar kenyang”.

Dia bangkit dan memelukku erat-erat dan diciuminya bibirku sambil lidahnya dijulurkan ke kerongkonganku. Sambil melepas dia berkata “Mas kita kelonan lagi yuk sampai sore, terus nanti mandi bareng”. Tanganku mulai mengelus clitorisnya dan mulutku terus mengulum bibirnya dan kembali dia telentang di lantai dan aku mulai menindihnya

“Mas.. kalau gini terus aku rasanya mau pingsan kenikmatan eehh.. M eghhmm.. aduuh.. nikmat Mas di memekku.. geli rasanya teruuss eeghh.. eghh”. Dan aku rasakan clitorisnya semakin basah, dan dengan lahapnya jari tengahku aku cabut dari clitnya untuk kujilati jariku dan aku rasakan nikmat gurihnya lendir seorang perempuan pertama kalinya.

“Eeehh.. eennak.. aahh.. aahh uuhhgg uughhg uuhh.. ehhehh” saat jariku kembali menelusup kedalam lubang clitorisnya. Lenguhan mulutnya dan dengus napasnya menaikkan gairahku yang kian meningkat tapi aku ragu untuk menuruti naluriku mencoba memasukkan penisku ke lubang senggamanya. Maka sementara aku tahan walupun penisku pun juga sudah semakin basah oleh lendirku juga.

Aku mulai merayap kebawah selangkangannya dan mulutku berhadapan dengan clitorisnya tanpa dia sadari karena matanya terpejam menikmati gairah yang dirasakan, saat lidahku mulai menjilat lubang clitorisnya, kembali dia terpekik “aahhuughh huu.. hu.. egghh aduh.. eggh nikmat, aduhh aku gimana nih Mass aahh aku nggak kuat, Mass.. Mas.. eghh.. egh hhgeehh.. Mas.”

sambil dia aku perhatikan pantat, paha, perut dan kakinya seolah kejang seperti kesakitan tetapi aku sangsi kalau dia sakit, dan malahan kepalaku dia tekan kuat ke selangkangannya sambil terus berteriak “hehehggheh ahh.. ehhehh.. huhh.. mass.. aku.. akuu rasanya.. eghh” dan dia bangkit sambil menarik CD-ku yang masih aku kenakan, dan blarr, penisku menantang tegak

“Mas masukkan Mas.. eeghheghh” dan dia angkat kakinya sambil telentang dia bentangkan lebar selangkangannya sambil tangannya membimbing penisku memasuki clitorisnya. “Mas.. kocok Mas eghh Mas yang dalam.. kocok terus selangkanganku aduhh eghh Mas enakk”.

Sambil menekuk kaki, sementara tanganku sebagai tumpuan dan dengan berat tubuhku aku tindihkan dan kuamblaskan penisku ke lubang yang sedari tadi sudah menunggu, dan aku rasakan sedotan lubang yang sangat kuat pada batang penisku yang rasanya dikemot-kemot.

“Eehhgehhg.. teruss. teruss Mas.. maass nikmat kocok terus aduuh rasanya aku nggak kuat mass ada yang keluar eghh.. eeghh. eehhgg aduuhh.. mass..” “ahhgg-agh.. Nani aku aduh egghh, Nani rasanya memekmu ngemot eghh eehhmm.. nikmat.. terus sedot” “Mass nikmat.. sekali nikmat.. dalam sekali. Aahh aduh.. hhaghhah Mass.., aku mau keluarr”. “Aku juga Nan.. ahhgh aku sudah mau keluar.. ahgghhah”.

Dan aku cabut penisku saat dia demikian bergetar dan menyedot sedot penisku sehingga aku tak tahan lagi untuk menyemburkan spermaku dan saat itu aku merasa dia terlepas dari penisku, dia bangkit dan menyongsong batang penisku dengan mulutnya menyambut semburan spermaku sambil tangannya menggosok lubang clitorisnya, ditimpali dengan lenguhannya yang tidak beraturan dimulutnya

“Cppokklep.. plekk.. clepk.. clkek.. cslckek” bunyi mulutnya mengemot dan menyedot penisku sementara aku terasa bergetar dan tenagaku berangsur-angsur lemas, sampai dia menjilati sisa sperma pada penisku dengan bersih.

Sesaat kemudian aku tidur ditempat tidurku siang itu kelonan berdua yang tidak terasa telah jam 3 sore, dan baru kemudian bangun dengan badan terasa agak pegal. Kami kembali berpagut lama dengan saling rabaan dan remasan masih dalam keadaan tanpa busana. Akhirnya kami mandi bersama dengan air yang sebelumnya kami.

Itulah pengalaman pertama kaliku menikmati hubungan seks dengan seorang gadis nakal dari kampung bernama Nani.