Surat Kabar 99

BERITA HARIAN | BERITA OLAHRAGA | CERITA SEKS | LIVE SCORE | ISTANA168 | SITUS TARUHAN BOLA DAN TOGEL ONLINE

Situs Judi Bola Online & Bandar Togel Online

Poker Online

SELAMAT DATANG DI SURAT KABAR 99

Minggu, 18 November 2018

Konflik Demokrat-Gerindra, Ancam Ganggu Kinerja Timses Prabowo?

Surat Kabar99, Jakarta - Riak kembali muncul di tubuh Koalisi Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Gara-garanya, Sekjen Gerindra, Ahmad Muzani, menagih janji Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan Ketua Kogasma Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, mengampanyekan Prabowo-Sandiaga.

Pernyataan itu turut dikomentari SBY. Melalui akun twitter-nya, ia menilai, pernyataan Muzani terus digoreng dengan nada tidak baik.

"Daripada menuding & menyalahkan pihak lain, lebih baik mawas diri. Mengeluarkan pernyataan politik yg "sembrono", justru merugikan," cuit SBY, Kamis (15/11/2018) sore.

Pernyataan Muzani lebih dulu menyulut reaksi Wakil Sekjen Demokrat Putu Supadma Rudana. Pada rilis yang disebar ke awak media sehari sebelumnya, Putu mempersoalkan janji Prabowo-Sandiaga untuk Demokrat yang tak terealisasi.

Ia juga menyoroti minimnya komunikasi, Prabowo-Sandiaga dengan Demokrat. Sementara, menurut Sandiaga Uno, pangkal persoalannya hanya urusan teknis: belum ada jadwal waktu pertemuan.

"Jangan ngeles-lah, saya berharap aksi nyatanya, yang kongkret" kata Putu Supadma, kepada Liputan6.com, Jumat (16/11//2018).

Ia mengkritik timses Prabowo-Sandiaga yang berjalan tanpa arah jelas. Tak ada konsep bergerak yang sinergis.

Alhasil, setiap partai berjalan sendiri-sendiri tanpa koordinasi. Hal ini merupakan dampak tak adanya kerangka kerja yang disepakati.

Namun, Putu Supadma enggan mengungkapkan janji-janji Prabowo-Sandiaga yang diingkari. Perihal janji itu sedikit dibocorkan Kadiv Advokasi dan Bantuan Hukum DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean.

Ferdinand mengungkapkan, dalam pertemuan dengan SBY, Prabowo dan Sandiaga berjanji soal timbal-balik manfaat. Demokrat harus mendapat untung dengan dukungan terhadap pasangan itu.

"Janji akan mendistribusikan suara ke partai Demokrat," ungkapnya.

Prabowo-Sandiaga, menurut dia, akan mendorong pemilih untuk mendukung partai yang tergabung dalam koalisi. Dengan begitu, tak cuma Gerindra yang dapat untung dari dukungan masyarakat kepada Prabowo.

Namun, sampai saat ini pembicaraan ke arah sana belum terealisasi. Ferdinand mengatakan, komunikasi antara Prabowo dan SBY agak mandek.

Prabowo dinilai kurang berinisiatif membangun komunikasi dengan Demokrat. "Enggak mungkin Pak SBY yang nanyanin, pemain utama Prabowo-Sandi, bintangnya mereka. Mereka dong yang menghampiri para penonton," kata Ferdinand kepada Liputan6.com, Jumat (16/11/2018).

Bermodal kritik dari Demokrat, Ferdinand berharap Timses Prabowo-Sandiaga mengevaluasi diri. Masukan itu harus menjadikan koalisi makin solid.

Harus Disikapi Bijak

Hal senada disampaikan Putu Supadma. Ia menyebut, kritik internal harus disikapi bijak. Niatannya bukan untuk menggembosi koalisi, melainkan untuk memperkuatnya.

"Kita sebagai mitra mengingatkan, kalau lawan pasti dibiarin," Putu Supadma menegaskan.

Ia mendesak Koalisi Prabowo-Sandiaga segera melakukan konsolidasi untuk menyamakan arah gerakan. Putu Supadma menegaskan komitmen Demokrat memenangkan Prabowo-Sandiaga.

Demokrat, lanjutnya, punya banyak aset yang bisa dimanfaatkan untuk memenangkan Prabowo-Sanidaga. Ia mencontohkan pengalaman SBY memimpin Indonesia selama dua periode.

Minimnya konsep kampanye menyebabkan sumber daya yang tersedia tidak dimaksimalkan. "Tank siap, pesawat tempur siap, tapi tak ada kordinasi," keluhnya.

Sementara itu, Anggota Badan Komunikasi Partai Gerindra Andre Rosiade menegaskan tidak ada masalah berarti antara Demokrat dengan Gerindra. Dia memastikan koalisinya di Pilpres 2019 solid.

"Insyaallah enggak ada masalah, kita solid bersama teman-teman Partai Demokrat. Enggak ada masalah sama sekali," ucap dia.

Pengamat Politik Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai, panas-dingin hubungan Gerindra dan Demokrat menjadi misteri di Koalisi Prabowo-Sandiaga. Yang jelas, ia mengkritik perilaku komunikasi kubu Prabowo-Sandiaga yang terlalu 'transparan'.

Jeroan koalisi diumbar ke publik. Polemik yang harusnya menjadi konsumsi internal terkuak dan jadi pembicaraan umum. Menurut Hendri, hal semacam itu bisa berdampak pada kondisi psikologis pendukung.

"Enggak bagus, bikin pendukung Prabowo enggak percaya diri," katanya kepada Liputan6.com, Jumat (16/11/2018).

Kinerja tim pemenangan pun menjadi taruhan. Menurut Hendri, kondisi demikian tak bisa dibiarkan. "Pasti berpengaruh, tapi perjalanan masih lama, masih ada waktu," demikian analisisnya.

Koalisi pendukung Prabowo-Sandiaga harus segera berbenah bila tak ingin masalah masalah merembet. "Harus segera diperbaiki komunikasi dan konsolidasinya," Hendri menyarankan.

Sinyal bahaya juga mulai muncul. Timses Jokowi pun mencari celah di antara masalah Gerindra-Demokrat. Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional, Abdul Kadir Karding tak memungkiri potensi suara di kubu Prabowo-Sandiaga pun akan digarap.

"Semua potensi suara akan menjadi target kita, apalagi potensi suara itu terkait potensi yang selama ini berhadapan atau menjadi kompetitor kita," ujar Karding ketika dikonfirmasi, Jumat (16/11/2018). "Apalagi Demokrat membebaskan calegnya jadi tentu harus kita bangun komunikasi untuk membangun sinergi dan itu hal yang sah dalam politik."