Surat Kabar 99

BERITA HARIAN | BERITA OLAHRAGA | CERITA SEKS | LIVE SCORE | ISTANA168 | SITUS TARUHAN BOLA DAN TOGEL ONLINE

Situs Judi Bola Online & Bandar Togel Online

Poker Online

SELAMAT DATANG DI SURAT KABAR 99

Senin, 15 Januari 2018

Ngeseks Dengan Saudara Perempuanku


Surat Kabar 99 -  Namaku Anto. Aku adalah seorang mahasiswa di sebuah PTS swasta terkenal di Jakarta. Cerita sex terbaru ini berawal 2 tahun yg lalu, ketika anak pamanku yg tinggal di Malang disekolahkan oleh orangtuanya ke Jakarta.

Nisa namanya. Umurnya saat itu baru 16 tahun. Walaupun begitu, ia terlihat lebih dewasa dari usianya yg sebenarnya. Tingginya sekitar 165 cm, rambut panjang sebahu dengan bentuk tubuh yg proporsional. Dadanya cukup besar, kutaksir ukurannya sekitar 34 B. Hidungnya mancung dan kulitnya putih mulus. Maklum, ibunya keturunan Belanda.

Selama bersekolah di Jakarta, Nisa tinggal di rumahku. Makin hari, kami semakin akrab. Terkadang, bila ada waktu luang, ku jemput dia sepulang sekolah dengan mobilku. Tdk jarang kuajak dia ke tempat-tempat rekreasi yg ada di Jakarta, atau ke mall untuk sekadar Window Shopping. Semua itu kulakukan hanya untuk berdekatan dengannya. Sejujurnya, aku tergiur dengan keindahan tubuhnya. Namun semua itu masih bisa kutahan. Aku mencoba sebisa mungkin untuk tdk melakukan hal-hal yg menjurus padanya, mengingat dia adalah sepupuku sendiri.

Pada suatu hari, hujan turun deras sekali. Rumahku sedang kosong saat itu, kedua orangtuaku sedang sibuk dangan urusan bisnisnya masing-masing. Adikku main ke rumah temannya, sedangkan pembantuku pulang kampung. Tinggallah aku sendiri di kamarku, bersantai sambil menyaksikan film porno ditemani sebotol Vodka. Aku adalah seorang pecandu alkohol. Tiba-tiba kudengar bel pintu berbunyi.

“Siapa yg datang hujan-hujan begini?”, pikirku dalam hati.
Segera saja kubuka pintu dan tampak di depan pintu pagar rumahku ada seorang gadis berseragam SMU yg kehujanan. Ternyata gadis itu adalah Nisa.
“Kehujanan ya Nit?” dia mengangguk.
“Kenapa ngga minta di jemput?”
“Tanggung Kak, Nisa udah di perjalanan pas hujan tadi” jawab Nisa
“Ya sudah kamu mandi air panas sana, biar nggak demam nanti, Dia pun menurut.

Saat itu aku baru menyadari di depanku ada pemandangan yg sangat indah. Tubuh Nisa yg sangat indah terlihat jelas di balik seragam sekolahnya yg basah kuyup. Saat itu, Nisa mengenakan Bra hitam yg sangat seksi. Melihat pemandangan seperti itu, k0ntolku langsung menegang. Tiba-tiba muncul keinginan kuat untuk mencicipi tubuh Nisa, sepupuku sendiri. Aku langsung melepaskan semua pakaianku, supaya lebih gampang melaksanakan niat jahatku. Kutunggu dia di depan kamar mandi.

Selang beberapa lama, pintu kamar mandi terbuka dan muncul Nisa dengan hanya mengenakan handuk untuk menutupi tubuhnya. Dia tampak kaget setengah mati melihatku dalam keadaan bugil.

“Kak..”, belum sempat ia melanjutkan kata-katanya, kuterkam tubuhnya.
Kudekap erat dan kutarik handuk yg melilit di tubuhnya dengan cepat, sehingga ia langsung telanjang bulat sama sepertiku. Ku seret dia ke dalam kamarku. Dia mencoba memberontak tapi sia-sia. Tenagaku jelas lebih kuat darinya.
“Kak, apa-apaan ini? Lepaskan!” Aku tdk peduli dengan teriakannya.
Sesampainya di kamar, kuhempaskan tubuhnya ke ranjang. Kutindih tubuhnya, kuciumi lehernya yg putih mulus.
“Kak, sudah Kak, cukup! Ingat aku saudaramu..”
“Diam kamu!”
“Kak Anto mabuk yah..? sadar Kak..”
Teriakan dan rontaannya malah membuatku semakin terangsang. Kulumat bibirnya yg merah dan tipis menggiurkan itu.
“Mmmhh.. mmppff..” Ia seperti ingin mengucapkan sesuatu tapi tertahan oleh bibirku.

Sementara tangan kiriku meremas dadanya yg putih dan montok. Begitu kenyal dan halus. Kumainkan putingnya yg berwarna pink itu. Ia masih belum menyerah untuk berontak. Tetapi, semakin ia berontak, semakin aku bernafsu untuk memperkosanya. Ciumanku turun ke dadanya. Kulumat puting susunya dengan rakus. Kadang kugigit-gigit. Nisa menggelinjang kegelian.
“Kak.. sshh.. cukuphh.. udah dong.. sshh” Ujarnya setengah mendesah.
Aku malah semakin gencar melancarkan seranganku. Kali ini jemariku kuarahkan ke memeknya. Kumasukkan jari tengahku ke dalamnya. Ternyata Nisa sudah tdk perawan.

“Ooo, kamu sudah pernah toh.. gimana rasanya, enak kan? Sudahlah, nggak usah malu-malu. Nikmati aja..” Mendengar kata-kataku, Wajah Nisa merah padam menahan malu.
“Tdk! Nisa nggak mau..”

Mulutnya menolak, tetapi kurasakan memeknya semakin basah karena jariku bergerak keluar masuk. Pantatnya pun bergerak-gerak merespon gerakan jariku. Kupermainkan klitorisnya dengan jariku. Dia tersentak kaget.
“Aahh.. jangan.. mmhh.” Ciumanku pindah lagi ke bibirnya.

Kumainkan lidahku. Selama beberapa detik tdk ada respon. Tetapi beberapa saat kemudian lidahnya membalas lidahku. Dia juga sudah tampak mulai pasrah, tdk lagi mencoba berontak seperti tadi. Kulepaskan ciumanku dari bibirnya. Kujilati dari wajahnya ke leher, turun ke dada, perut, dan akhirnya sampai pada lubang kenikmatan. Kujilat-jilat bibir memeknya sementara jariku masih bergerak keluar-masuk memeknya.

“Ooohh.. udahh.. geli..” Tangannya mencoba mendorong kepalaku.
Tapi kutepiskan dengan tanganku yg satu lagi. Kuteruskan permainan lidahku di memeknya. Kali ini kugelitik klitorisnya.
“Uuhh.. sshh.. jangaannhh.. sshh.”

Memeknya semakin basah. Kupikir, inilah saatnya. Aku segera bangkit dan mengarahkan k0ntolku yg sudah pada ketegangan maksimal. Nisa sepertinya tahu apa tindakanku selanjutnya. Dia mencoba mendorongku, tapi kupegangi kedua tangannya. Kubuka lebar kedua pahanya dengan pahaku. Kumajukan pinggulku dan, bless! Dengan sekali tekan, amblaslah k0ntolku ke dalam memeknya.

“Jangan Kaakk.. oohh” teriaknya berusaha mencegahku.
Tetapi sudah terlambat. Aku tdk membuang waktu. Langsung kukocokkan k0ntolku, semakin lama semakin cepat. Memek Nisa  masih sangat sempit. Mungkin karena belum terlalu sering diterobos. Kurasakan memeknya berdenyut-denyut. Nikmat sekali. Nisa pun sepertinya sudah lelah untuk melawan. Ia malah terlihat seperti sedang menikmati setiap sodokan yg kulakukan.
“Ssshh.. mmhh.. uuhh..” begitu saja yg keluar dari mulutnya.

Wajahnya merah, entah merah karena malu, atau karena nafsu. Bibirnya yg seksi terbuka, membuatku ingin melumatnya. Langsung saja kucium bibirnya. Kali ini, Nisa langsung membalas ciumanku. Lidah kami saling membelit satu sama lain. Tanganku tdk tinggal diam. Kuremas lembut payudaranya yg indah. Kadang kupelintir putingnya yg sudah menegang.
“Oohh.. sshh.. uuhh” desahannya semakin keras.
“Gimana, enak kan?” tanyaku.

Wajahnya semakin merah mendengar pertanyaanku. Dia hanya terdiam. Kuhentikan sodokanku. Ternyata pantatnya masih terus bergoyang-goyang. Kusentakkan pinggulku secara tiba-tiba. Kupercepat gerakanku sampai pada batas maksimal kemampuanku.

“Aaahh.. Kak Antooo.. uuhh.. sshh..”
“Kenapa sayang? kamu menikmatinya?”
“Iyahh.. oohh.. eennaakkhh.. sshh.. aahh…”
Tak terasa 15 menit sudah kami berpacu dalam nafsu.
“Kak.. sshh.. Nisa .. mauhh.. kkelluarrhh.. oohh..”
“Tahan dulu sayang.. hh.. sebentar lagi..”
“Nggak bisaahh.. Niiittaa kkellluuaarr.. aakkhh..”
Badannya mengejang tak karuan diiringi teriakan kenikmatan yg membahana. Sementara kecepatanku sama sekali tdk kukurangi.

Tangan kiriku menggelitik klitorisnya, tangan kananku meremas dan memainkan payudara kirinya, sedangkan bibirku menghisap puting susu sebelah kanan. Semua kulakukan untuk menambah nikmatnya sensasi orgasme.
“Sabar ya sayang. Aku belum keluar.” bisikku mesra di telinganya.

Kucabut k0ntolku dari memeknya untuk memberinya kesempatan beristirahat. Kujilati lehernya sampai ke belakang telinga. Kugelitik klitorisnya dengan jemariku. Tak lama kemudian, memeknya kembali basah.
“Kamu mau lagi sayang?”. Nisa mengangguk pelan.

Kali ini dia lebih agresif. Dia langsung memegang k0ntolku da meremasnya.
“Punya Kak Ari besar dan panjang yah.. sampai mentok”.
Aku hanya tersenyum. Bangga juga ada yg memuji senjataku, walaupun bukan yg pertama kali k0ntolku diakui kehebatannya. Nisa meneruskan aksinya. Dia tdk lagi meremas, melainkan menjilati k0ntolku dari ujung sampai ke buah zakar. Nikmat sekali rasanya. Tak lama kemudian, dia mengulun k0ntolku.

Kulumannya sangat nikmat. Lembut, tapi sangat terasa. Aku hanya bisa memejamkan mata dan menikmati setiaphisapan yg dilakukannya padaku. Saat kubuka mata, Nisa sudah duduk di atas k0ntolku. Dia lalu mengarahkan k0ntolku ke lubang memeknya. Dan.. slebbbb.. tertelan sudah batang k0ntolku oleh memeknya. Nisa bergoyang diatasku seperti orang menunggang kuda. Terkadang, ia memutar pinggulnya, persis seperti goyang Inul. Kuremas-remas payudaranya yg menggantung seksi di depanku. Kadang kuhisap dan kujilati putingnya.

“Oohh.. sshh.. geli.. mmhh..” Nisa merintih-rintih di atasku.
Selang 20 menit kemudian, Nisa orgasme untuk yg kedua kalinya. Dia langsung ambruk di dadaku. Kubalikkan tubuhnya. Kutusuk dari belakang. Kugerakkan pinggulku secepat mungkin. Nisa hanya mampu merintih dan mendesah. 5 menit kemudian, akumerasa ada sesuatu yg hendak keluar dari senjataku.

“Nit.. aku.. mauhh.. kkeellluarr..”
“Janganhh.. dihh.. dalammhh.. mmhh”
Langsung kucabut k0ntolku dan kuarahkan ke wajahnya. Kubiarkan dia mengulum k0ntolku.
Beberapa detik kemudian.. crett.. creeett.. aku ejakulasi di wajahnya. Sebagian spermaku masuk ke mulutnya, dan sebagian lagi membasahi wajah, leher dan dadanya.

Kami berbaring lemas dengan nafas tersengal. Kami berbincang-bincang dan akhirnya dia menceritakan tentang mantan pacarnya yg merenggut keperawanannya. Mantan pacarnya adalah kakak kelasnya sewaktu di Malang. Sekarang, anak itu sudah meninggal akibat overdosis narkoba.

Nisa pindah ke Jakarta untuk berusaha melupakan peristiwa itu. Ia beralasan kepada orangtuanya bahwa sekolah di Jakarta lebih bagus. Setelah cukup lama berbincang-bincang, kuajak dia mandi bersama.

Nafsuku kembali bangkit saat kami saling menyabuni tubuh masing-masing. Saat itu dia menyabuni k0ntolku sambil meremas-remasnya. Langsung kucium bibirnya dan dia membalas dengan tak kalah ganasnya. Kami kembali melakukannya, kali ini dengan posisi berdiri di bawah guyuran shower. Tak henti-hentinya kuremas payudaranya yg montok dan kenyal itu. Kami melakukannya selama kurang lebih 12 menit lalu orgasme hampir berbarengan.

Aku kembali berejakulasi di wajahnya. Entah mengapa, aku sangat merasa sangat puas bila melihat wajah wanita berlumuran spermaku. Kami masih sering melakukannya hingga saat ini. Tak hanya di rumah tetapi juga di tempat-tempat lain seperti di hotel, mobilku, bahkan pernah kami melakukannya di WC sekolahnya. Padahal, aku sudah punya pacar dan Nisa pun begitu. Ada kepuasan yg berbeda bila bercinta dengannya. Ada satu hal yg sama-sama ingin kami coba, yaitu beradegan three some. Ada yg berminat untuk ikutan?