Surat Kabar99, Jakarta - Kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan telah genap 500 hari. Namun, setelah penyidikan berjalan hampir 2 tahun, tak kunjung ditemui titik terang. Pelakunya pun masih berkeliaran bebas.
Dimintai keterangannya soal ini, Wakapolri Komjen Pol Ari Dono Sukmanto mengatakan, selama ini penyelidikan sudah dilakukan secara maksimal.
"Proses penyelidikan maksimal sudah kita kerjakan," ucap Ari Dono di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (1/11/2018).
Diketahui, hari ini, Kamis 1 November 2018, adalah hari ke-500 setelah peristiwa penyerangan terhadap pejuang antikorupsi, Novel Baswedan. Pada 11 April 2017, Novel diserang oleh oknum tak dikenal.
Sebelumnya, Novel Baswedan mengeluhkan sikap pimpinan KPK yang dinilainya tidak memperjuangkan pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) ke Presiden Jokowi, untuk mengungkap siapa di balik penyerangan terhadap dirinya.
Menurut Novel, seharusnya pimpinan KPK bisa menggunakan kekuatannya untuk mendorong Presiden Jokowi membentuk TGPF. Novel takut jika kejadian yang dialaminya akan menimpa penyidik KPK lainnya dan pegawai instansi lain.
"Tapi sejak awal sampaikan, saya tidak pernah meminta urusan penyerangan kepada saya dijadikan yang utama. Bagaimana dengan permintaan saya semua teror diungkap. Karena saya masih ingat dalam suatu kesempatan, pimpinan KPK menyampaikan juga, bahwa pimpinan KPK berkeinginan melindungi kami," kata Novel.
Dugaan Novel
Novel menduga, kepolisian masih belum berani mengungkap lantaran merasa takut. Namun, jika Presiden Jokowi tak turun tangan, Novel takut sudah tak ada lagi keadilan bagi dirinya.
"Saya pikir pimpinan Polri takut untuk mengungkap, ada wajarnya. Pimpinan Polri bisa diintervensi oleh politik dan lain-lain. Pertanyaannya saya, kira-kira Presiden takut enggak mengungkap ini? Kalau Presiden takut mengungkap ini, saya sangat sedih. Mengapa? Karena Presiden adalah yang paling bisa diharapkan dan memimpin negara dan bangsa ini. Kalau beliau juga masih takut, kepada siapa lagi yang bisa menegakan keadilan di negeri ini," kata Novel.
BERITA HARIAN | BERITA DUNIA | BERITA INDONESIA | BERITA BLOGSPOT | BERITA POLITIK | BERITA HARI INI | BERITA TERBARU | KABAR HARI INI | BERITA TERKINI | BERITA NASIONAL | BERITA KRIMINAL | BERITA UNIK | BERITA VIRAL | BERITA POPULER | BERITA ONLINE | BERITA INDONESIA TERKINI | BERITA TERUPDATE | BERITA EKONOMI | 01 NOVEMBER 2018| ISTANA 168
Dimintai keterangannya soal ini, Wakapolri Komjen Pol Ari Dono Sukmanto mengatakan, selama ini penyelidikan sudah dilakukan secara maksimal.
"Proses penyelidikan maksimal sudah kita kerjakan," ucap Ari Dono di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (1/11/2018).
Diketahui, hari ini, Kamis 1 November 2018, adalah hari ke-500 setelah peristiwa penyerangan terhadap pejuang antikorupsi, Novel Baswedan. Pada 11 April 2017, Novel diserang oleh oknum tak dikenal.
Sebelumnya, Novel Baswedan mengeluhkan sikap pimpinan KPK yang dinilainya tidak memperjuangkan pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) ke Presiden Jokowi, untuk mengungkap siapa di balik penyerangan terhadap dirinya.
Menurut Novel, seharusnya pimpinan KPK bisa menggunakan kekuatannya untuk mendorong Presiden Jokowi membentuk TGPF. Novel takut jika kejadian yang dialaminya akan menimpa penyidik KPK lainnya dan pegawai instansi lain.
"Tapi sejak awal sampaikan, saya tidak pernah meminta urusan penyerangan kepada saya dijadikan yang utama. Bagaimana dengan permintaan saya semua teror diungkap. Karena saya masih ingat dalam suatu kesempatan, pimpinan KPK menyampaikan juga, bahwa pimpinan KPK berkeinginan melindungi kami," kata Novel.
Dugaan Novel
Novel menduga, kepolisian masih belum berani mengungkap lantaran merasa takut. Namun, jika Presiden Jokowi tak turun tangan, Novel takut sudah tak ada lagi keadilan bagi dirinya.
"Saya pikir pimpinan Polri takut untuk mengungkap, ada wajarnya. Pimpinan Polri bisa diintervensi oleh politik dan lain-lain. Pertanyaannya saya, kira-kira Presiden takut enggak mengungkap ini? Kalau Presiden takut mengungkap ini, saya sangat sedih. Mengapa? Karena Presiden adalah yang paling bisa diharapkan dan memimpin negara dan bangsa ini. Kalau beliau juga masih takut, kepada siapa lagi yang bisa menegakan keadilan di negeri ini," kata Novel.
BERITA HARIAN | BERITA DUNIA | BERITA INDONESIA | BERITA BLOGSPOT | BERITA POLITIK | BERITA HARI INI | BERITA TERBARU | KABAR HARI INI | BERITA TERKINI | BERITA NASIONAL | BERITA KRIMINAL | BERITA UNIK | BERITA VIRAL | BERITA POPULER | BERITA ONLINE | BERITA INDONESIA TERKINI | BERITA TERUPDATE | BERITA EKONOMI | 01 NOVEMBER 2018| ISTANA 168