Kehidupan rumah tangga mereka sangat harmonis. Dengan 2 anak yang sedang lucu-lucunya, ditambah dengan posisi Boby yang cukup tinggi di perusahaannya, membuat mereka menjadi keluarga yang cukup di hormati di lingkungan kompleks mereka tinggal. Nana pada dasarnya adalah istri yang sangat setia kepada suaminya. Tidak pernah ada niat berkhianat terhadap Herman dalam hati Nana karena dia sangat mencintai suaminya. Tapi ada satu peristiwa yang menjadi awal berubahnya cara berpikir Nana tentang cinta..
Suatu siang, Nana sedang mengasuh anaknya di depan rumah. Dikarenakan kedua anaknya waktu itu berlari jauh dari rumah, maka Nana langsung mengejar mereka. Tapi tanpa disengaja, kakinya menginjak sesuatu sampai akhirnya Nana terjatuh. Lututnya memar, agak mengeluarkan darah. Nana langsung berjongkok dan meringis menahan sakit. Pada waktu itu, Surya, anak tetangga depan rumah Nana kebetulan lewat mau pulang ke rumahnya. Ketika melihat Nana sedang jongkok sambil meringis memegang lututnya, Surya langsung lari ke arah Nana.
“Kenapa tante?” tanya Surya.
“Aduh, lutut saya luka karena jatuh, Sur…” ujar Nana sambil meringis.
“Bantu saya berdiri, Sur…” kata Nana.
“Iya tante,” kata Surya sambil memegang tangan Nana dan dibimbingnya bediri.
“Sur, tolong bawa anak-anak saya kemari.. Anterin ke rumah saya, ya…” kata Nana.
“Iya tante,” kata Surya sambil segera menghampiri anak-anak Nana.
Sementara Nana segera pulang ke rumahnya sambil tertatih-tatih. Waktu Surya mengantarkan anak-anak Nana ke rumahnya, Nana sedang duduk di kursi depan sambil memegangi lututnya.
“Ada obat merah tidak, tante?” tanya Surya.
“Ada di dalam, Sur,” kata Nana.
“Kita ke dalam saja…” kata Nana lagi sambil bangkit dan tertatih-tatih masuk ke dalam rumah.
Surya dan anak-anaknya mengikuti dari belakang.
“Ma, Dono ngantuk,” kata anaknya kepada Nana.
“Tunggu sebentar ya, Sur. Saya mau antar mereka dulu ke kamar. Sudah waktunya anak-anak tidur siang,” kata Nana sambil bangkit dan tertatih-tatih mengantar anak-anaknya ke kamar tidur.
Setelah mengantar mereka tidur, Nana kembali ke tengah rumah.
“Mana obat merahnya, tante?” tanya Surya.
“Di atas sana, Sur…” kata Nana sambil menunjuk kotak obat.
Surya segera bangkit dan menuju kotak obat untuk mengambil obat merah dan kapas. Tak lama Surya segera kembali dan mulai mengobati lutut Nana.
“Maaf ya, tante.. Saya lancang,” kata Surya.
“Tidak apa-apa kok, Sur. Tante senang ada yang menolong,” kata Nana sambil tersenyum.
Surya mulai memegang lutut Nana dan mulai memberikan obat merah pada lukanya.
“Aduh, perih…” kata Nana sambil agak menggerakkan lututnya.
Secara bersamaan rok Nana agak tersingkap sehingga sebagian paha mulusnya nampak di depan mata Surya. Surya terkesiap melihatnya. Tapi Surya pura-pura tak melihatnya. Tapi tetap saja paha mulus Nana menggoda mata Surya untuk melirik walau kadang-kadang. Hati Surya agak berdebar.. Biasanya dia hanya bisa melihat dari kejauhan saja lekuk-lekuk tubuh Nana. Atau kadang-kadang hanya kebetulan saja melihat Nana memakai celana pendek.
Surya biasanya hanya bisa membayangkan saja tubuh Nana sambil onani. Tapi kini, di depan mata sendiri, paha mulus Nana sangat jelas terlihat. Nana sepertinya sadar kalau mata Surya sesekali melirik ke arah pahanya. Segera Nana merapikan duduknya dan juga menutup pahanya. Surya sepertinya terkesima dengan sikap Nana tersebut. Surya menjadi malu sendiri..
“Sudah saya berikan obat merah, tante…” kata Surya.
“Iya, terima kasih,” kata Nana sambil tersenyum.
“Sekarang sudah mulai tidak terasa sakit lagi,” ujar Nana lagi sambil tetap tersenyum.
Surya, 16 tahun, adalah anak tetangga depan rumah Nana. Masih duduk di bangku SMK kelas 1. Seperti kebanyakan anak laki-laki tanggung lainnya, Surya adalah sosok anak laki-laki yang sudah mulai mengalami masa puber.
“Kenapa kamu nunduk terus, Sur?” tanya Nana.
“Tidak apa-apa, tante…” ujar Surya sambil sekilas menatap mata Nana lalu menunduk lagi sambil tersenyum malu.
“Ayo, ada apa?” tanya Nana lagi sambil tersenyum.
“Anu, tante.. Maaf, mungkin tadi sempat marah karena tadi saya sempat melihat secara tidak sengaja…” kata Surya sambil tetap menunduk.
“Lihat apa?” tanya Nana pura-pura tidak mengerti.
“Lihat.. Mm.. Lihat ini tante,” kata Surya sambil tangannya mengusap-ngusap pahanya sendiri. Nana tersenyum mendengarnya.
“Tidak apa-apa kok, Wan,” kata Nana.
“Kan hanya melihat.. Bukan memegang,” kata Nana lagi sambil tetap tersenyum.
“Lagian, saya tidak keberatan kok kamu melihat paha tante tadi,” kata Nana lagi sambil tetap tersenyum.
“Kamu kan tadi sedang menolong saya memberikan obat,” kata Nana.
“Benar tante tidak marah?” tanya Surya sambil menatap Nana.
Nana menggelengkan kepalanya sambil tetap tersenyum. Surya pun jadi ikut tersenyum.
“Tante sangat cantik kalau tersenyum,” kata Surya mulai berani.
“Ihh, kamu tuh masih kecil sudah pintar merayu…” kata Nana.
“Saya berkata jujur loh, tante,” kata Surya lagi.
“Kamu sudah makan, Sur?” tanya Nana.
“Belum tante. Saya pulang dari rumah teman tadi belum makan,” kata Surya.
“Makan disini saja, ya.. Temani saya makan siang,” ajak Nana.
“Baik tante, terima kasih,” kata Surya.
Mereka menikmati makan siang di meja makan bulat kecil. Ketika sedang menikmati makan, tanpa sengaja kaki Surya menyentuh kaki Nana. Surya kaget, lalu segera menarik kakinya.
“Maaf tante, saya tidak sengaja,” kata Surya.
“Tidak apa-apa kok, Sur…” kata Nana sambil matanya nenatap Surya dengan pandangan yang berbeda.
Ketika kaki Surya menyentuh kakinya, seperti terasa ada sesuatu yang berdesir dari kaki yang tersentuh sampai ke hati. Nana merasakan sesuatu yang lain akan kejadian tak sengaja itu.. Tiba-tiba Nana merasakan ada sesuatu keinginan tertentu muncul yang membuat perasaannya tidak menentu. Sentuhan kaki Surya terasa begitu hangat dan membangkitkan suatu perasaan aneh..
“Kamu sudah punya pacar, Sur?” tanya Nana sambil menatap Surya.
“Belum tante,” kata Surya sambil tersenyum.
“Lagian saya tidak tahu caranya mendapatkan perempuan,” ujar Surya lagi sambil tetap tersenyum. Nana pun ikut tersenyum.
“Pernah tidak kamu punya keinginan tertentu terhadap perempuan?” tanya Nana lagi.
“Keinginan apa tante?” tanya Surya. Nana tersenyum.
“Kita habiskan dulu makannya. Nanti kita bicara…” kata Nana.
Selesai makan, mereka duduk-duduk di ruang tengah.
“Kamu ada sesuatu yang harus diselesaikan di rumah tidak saat ini?” tanya Nana.
“Tidak ada, tante,” kata Surya.
“Tadi tante mau tanya apa?” kata Surya penasaran.
“Begini, apakah kamu suka kepada wanita tertentu? Maksud saya suka kepada tubuh wanita?” tanya Nana.
“Kita bicara jujur saja, ya.. Saya tidak akan bicara pada siapa-siapa kok,” kata Nana lagi.
“Kamu juga mau kan jaga rahasia pembicaraan kita?” kata Nana lagi.
“Iya, tante,” kata Surya.
“Kalau begitu jawablah pertanyaan tante tadi…” kata Nana sambil tersenyum.
“Ya, saya suka melihat perempuan yang tubuhnya bagus. Saya juga suka tante karena tante cantik dan tubuhnya bagus,” kata Surya tanpa ragu.
“Maksudnya tubuh bagus apa,” tanya Nana lagi. Surya agak ragu untuk menjawab.
“Ayolah…” kata Nana sambil memegang tangan Surya. Tangan Surya bergetar.. Nana tersenyum.
“Mm.. Saya pernah.. Pernah lihat majalah Playboy, juga.. Juga.. Juga saya pernah lihat VCD porno.. Mm.. Mm.. Saya lihat banyak perempuan tubuhnya bagus…” kata Surya dengan nafas tersendat.
“Oh, ya? Di VCD itu kamu lihat apa saja,” kata Nana pura-pura tidak tahu, sambil terus menggenggam tangan Surya yang terus gemetar.
“Mm.. Lihat orang sedang begituan…” kata Surya.
“Begituan apa?” tanya Nana lagi.
“Ya, lihat orang sedang bersetubuh…” kata Surya.
Nana kembali tersenyum, tapi dengan nafas yang agak memburu menahan sesuatu di dadanya.
“Kamu suka tidak film begitu?” tanya Nana.
“Iya suka, tante?” kata Surya sambil menunduk.
“Mau coba seperti di film, tidak?” kata Nana.
Surya diam sambil tetap menunduk. Tangannya makin gemetar. Nana mendekatkan tubuhnya ke tubuh Surya. Wajahnya di dekatkan ke wajah Surya.
“Mau tidak?” tanya Nana setengah berbisik.
Surya tetap diam dan gemetar. Wajahnya agak tertunduk. Nana membelai pipi anak tanggung tersebut. Lalu diciumnya pipi Surya. Surya tetap diam dan makin gemetar. Nana terus menciumi wajah Surya, lalu akhirnya dilumatnya bibir Surya.. Lama-lama Surya mulai terangsang nafsunya. Dengan pasti dibalasnya ciuman Nana.
“Masukkan tangan kamu ke sini…” kata Nana dengan nafas memburu sambil memegang tangan Surya dan mengarahkannya ke dalam baju Nana.
“Masukkan tangan kamu ke dalam BH saya, Sur.. Pegang buah dada saya,” kata nana sambil tangannya meremas kontol Surya dari luar celana.
Sementara tangan Surya sudah masuk ke dalam BH nana dan mulai meremas-remas buah dada Nana.
“Mmhh.. Terus sayang…” kata Nana.
“Tangan saya pegal, tante…” kata Surya polos.
“Uhh.. Kita pindah ke kamar, yuk…” ajak Nana sambil menarik tangan Surya. Sesampainya di dalam kamar..
“Buka pakaian kamu, Sur…” ujar Nana pun melepas seluruh pakaiannya sendiri.
“Iya, tante…” kata Surya.
Nana setelah melepas seluruh pakaiannya, segera naik dan telentang di tempat tidur. Surya terkesima melihat tubuh telanjang Nana. Seumur-umur Surya, baru kali ini dia melihat tubuh telanjang wanita di depan mata. Apalagi wanita tersebut adalah wanita yang sering di bayangkannya bila onani. Kontol Surya langsung tegang dan tegak.
“Naik sini, Sur…” kata Nana.
“Iya, tante…” kata Surya.
“Sini naik ke atas tubuh saya…” kata Nana sambil mengangkangkan pahanya.
Surya segera menaiki tubuh telanjang Nana. Nana langsung melumat bibir Surya dan Surya langsung membalasnyanya dengan hebat. Sementara satu tangan Surya meremas buah dada Nana yang tidak terlalu besar. Sementara kontol Surya sesekali mengenai belahan memek Nana.
“Ohh.. Mmhh.. Terus remas.. Terus…” desah Nana sambil memegang tangan Surya yang sedang meremas buah dadanya, dan tangan mereka bersamaan meremas buah dadanya.
“Ohh.. Sshh…” kata Nana. Surya pun dengan bernafsu terus meremas dan menciumi serta menjilati buah dada Nana.
“Sur, jilati memek ya, sayang…” pinta Nana.
“Tapi saya tidak tahu caranya, tante,” kata Surya polos.
“Sekarang dekatkan saja wajah kamu ke memek, lalu kamu jilati belahannya…” kata Nana setengah memaksa dengan menekan kepala Surya ke arah memeknya.
Surya langsung menuruti permintaan Nana. Dijilatinya belahan memek Nana sampai tubuh Nana mengejang menahan nikmat.
“Ohh.. Mm.. Ohh.. Terus jilat, sayang…” desah Nana sambil meremas kepala Surya.
“Sur, kamu jilati bagian atas sini…” kata Nana sambil jarinya mengelus kelentitnya.
Lalu lidah Surya menjilati habis kelentit Nana.. Nana kembali menggelepar merasakan nikmat yang teramat sangat.
“Teruss.. Sshh.. Ohh…” desah Nana sambil badannya semakin mengejang.
Pahanya rapat menjepit kepala Surya. Sementara tangannya semakin menekan kepala Surya ke memeknya. Tak lama..
“Ohh…” desah Nana panjang. Nana orgasme.
“Sudah, Sur.. Naik sini,” kata Nana.
Surya lalu menaiki tubuh Nana. Nana lalu mengelap mulut Surya yang basah oleh cairan memeknya. Nana tersenyum, lalu mengecup bibir Surya.
“Mau tidak kontol kamu saya hisap,” kata Nana.
“Mau tante,” kata Surya bersemangat.
“Bangkitlah.. Sinikan kontol kamu,” kata Nana sambil tangannya meraih kontol Surya yang tegang dan tegak.
Surya lalu mengangkangi wajah Nana. Nana segera mengulum kontol Surya. Tidak hanya itu, kontol Surya lalu dijilat, dihisap, lalu dikocoknya silih berganti. Surya tubuhnya mengejang menahan rasa nikmat yang teramat sangat. Tangannya berpegangan pada pinggiran ranjang.
“Ohh.. Tantee.. Enaakk…” jerit kecil Surya sambil memompa kontolnya di mulut Nana.
“Masukkin ke memek,ya sayang…” kata Nana setelah dia beberapa lama menghisap kontol Surya.
Surya lalu mengangkangi Nana. Sementara tangan Nana memegang dan membimbing kontol Surya ke lubang memeknya.
“Ayo tekan sedikit, sayang…” kata Nana.
Surya berusaha menekan kontolnya ke lubang memek Nana sampai akhirnya.. Bless.. Bless.. Bless.. Kontol Surya berhasil masuk dan mulai memompa memek Nana. Surya merasakan suatu kenikmatan yang tiada tara pada batang kontolnya.
“Bagaimana rasanya, Sur?” tanya Nana sambil tersenyum dan menggoyang pantatnya.
“Ohh.. Sangat enakk, tanttee…” kata Surya tersendat sambil memompa kontolnya keluar masuk memek Nana.
Nana tersenyum.. Setelah beberapa lama memompa kontolnya, tiba-tiba tubuh Surya mengejang. Gerakannya makin cepat. Nana karena sudah mengerti langsung meremas pantat Surya dan menekankannya ke memeknya. Tak lama.. Crott.. Croott.. Croott.. Croott..
“Ohh.. Hohh…” desah Surya. Tubuhnya lemas dan lunglai di atas tubuh Nana.
“Udah keluar? Bagaimana rasanya?” tanya tante Nana sambil memeluk Surya.
“Sangat enak, tante…” kata Surya.
Sejak saat itu Surya sering datang ke rumah Tante Nana jika sedang sepi dan minta jatah lagi.
BACA JUGA : Mungilnya Memek Keponakan
Cerita Sex Model 2018 | Cerita Sex Sedarah 2018 | Cerita Sex Jilbab Terbaru | Cerita Sex Tante Hirang 2018 | Cerita Dewasa Sex Threesome Terbaru | Cerita Dewasa Sex Perawan 2018 | Cerita Dewasa Sex Pegawai Salon 2018 | Cerita Dewasa Sex Sekretaris Terupdate 2018 | Cerita Sex Mahasiswa Terbaru 2018 | Cerita Sex Mahasiswi Terbaru 2018 | Cerita Sex Perselingkuhan 2018 | Cerita Sex SMA 2018 | Cerita Mesum | Cerita Ngentot | Cerita Skandal Sex | Abg | Gangbang | Spg | Pramugari | Janda | Wanita Kesepian | Tante Kesepian | Foto Bugil | Foto Hot Anak SMP | Anak Kuliah | Cerita Sex Terbaru 2018 | Cerita Hot Terbaru 2018
Sek | Seks | Seks Video | Cerita Dewasa Ngentot | Cerita Bokep | Cerita Ngentot | Sex | Ml | Humor | Xnxx | Porno | Cекс | Porn | Sex Video | Porno Film | Sexs | xxxxx |